Anarkisme : Paham Yang Tak Pernah Padam

Anarkisme : Paham Yang Tak Pernah Padam

Dari Pustaka Otonomis

Oleh Alm. Mansour Fakih

Selama ini, mendengar kata Anarkisme disebut, banyak orang segera merasa gelisah
dan cemas, terbayang suatu kelompok manusia bringas yang siap menebarkan
keonaran, kekacauan, kehancuran dan malapetaka. Meskipun pada umumnya orang
hanya secara intuitif, tanpa tidak pernah mencoba menggali lebih seksama tentang apa
yang disebut sebagai pandangan Anarkis tersebut, Namun istilah anarki sendiri sudah
terlanjur menimbulkan kemarahan dan terlanjur secara luas disimpulkan bahwa
anarkisme adalah sebagai suatu paham yang menakutkan karena jahat. Orangpun
tanpa berpikir panjang percaya bahwa Anarkisme adalah negatif dan berbahaya, titik.
Pendek kata, dalam memandang anarkisme, tidak hanya apparatus negara, bahkan
masyarakat akademia, bersepakat bahwa Anarkisme adalah musuh umat manusia.
Dengan demikian keyakinan yang mendominasi pemikiran masyarakat luas adalah
bahwa “anarkisme” tidak lebih dari penyakit sosial yang bertentangan dengan segala
norma sosial yang baik dan pantaslah jika anarkisme dianggap musuh masyarakat.
Oleh karena itu dianggap wajar juga untuk menganjurkan untuk memberantas
Anarkisme sampai keakar-akarnya. Anjuran untuk senantiasa waspada terhadap segala
bentuk anarki saat ini telah menjadi hampir kesepakatan sosial. Pendek kata,
Anarkisme perlu di amputasi atau dilenyapkan, untuk selamanya.
Lantas mengapa Anarkisme menjadi paham yang sangat ditakuti sehingga perlu
dibrantas habis? Jangan-jangan letak persoalannya hanya karena kita tidak paham
betul apa sebenarnya yang menjadi cita cita Anarkisme. Lebih ironis lagi, jangan-jangan
secara diam-diam kita, anda dan saya tanpa menyadari, juga dalam beberapa hal
bersimpati bahkan untuk banyak hal berbagi keyakinan dengan anarkisme Atas alasan
itu semua, perlunya untuk memperdebatkan, merenungkan dan mempertimbangkan
anarkisme sehingga akan melahirkan sikap kritis masyarakat sebagai alternatif dari
sikap apriori menerima maupun apriori menolak, ataupun membenci secara membabi
buta ataupun sikap secara taklid buta untuk menerima atau menolak tanpa suatu
kesadaran mengapa dan untuk apa. Oleh karena itu lahirnya sikap dan kesadaran kritis
yang didorong oleh suatu keterbukaan, dialog kritis adalah sesuatu yang yang harus
difasilitasi oleh karena tema yang umumnya dianggap tabu untuk dibicarakan, bahkan
tidak layak untuk diapresiasi, justru yang seharusnya perlu diapresiasi dan yang
pertama tama perlu diacungkan jempol.
Lantas, apa sebenarnya dan mengapa Anarkisme begitu kontroversial? Anarkisme
sebagai suatu paham atau pendirian filosofis maupun politik yang percaya bahwa
manusia sebagai anggota masyarakat akan membawa pada manfat yang terbaik bagi
semua jika tanpa diperintah maupun otoritas, boleh jadi merupakan suatu keniscayaan.
Pandangan dan pemikiran anarkis yang demikian itu pada dasarnya menyuarakan
suatu keyakinan bahwa manusia pada hakekatnya adalah mahluk yang secara alamiah
mampu hidup secara harmoni dan bebas tanpa intervensi kekuasaan juga tidaklah
suatu keyakinan yang sangat salah. Lalu dari mana datangnya persepsi bahwa
anarkisme berarti mendorong pada kehancuran dan keberantakan? Padahal sangat
jelas dari pengertian di atas sesungguhnya Anarkisme tidak identik dengan keyakinan
pecinta kehancuran. Bahkan tidak ada indikasi bahwa anarkisme serta merta
merupakan cita-cita yang menjurus ke arah kekacauan ataupun kehanacuraan dan
keberantakan. Namun yang jelas memang anarkisme merupakan suatu pemikiran yang
mendambakan suatu “orde” yang bersifat spontan. Mereka umumnya menolak segala
prinsip otoritas politik, pada saat yang sama sangat percaya bahwa keteraturan sosial
niscaya terwujud justru jikalau tanpa otoritas politik. Secara sepintas dapat dilihat,
bahwa musuh gerakan anarki adalah segala bentuk otoritas, maupun segala bentuk
simbol otoritas, dan bentuk otoritas yang bagi kaum anarkis sangat jelas adalah otoritas
yang dimiliki oleh negara modern. Itulah sebabnya bagi kaum anarkis, negara
dipandang memonopoli otoritas kekuasaan yang perlu dibatasi, misalnya seperti
kekuasaan teritorial yang mereka miliki, kekuasaan yuridiksi atas rakyat termasuk
kekuasaan menguasai kekayaan sumber daya di dalam wilayah yang mereka kuasai.
Kekuasaan negara juga muncul dalam bentuk pemanfaatan sistim hukum positive yang
eksistensinya serta merta menundukkan dan menyingkirkan semua bentuk hukum yang
“dianggap negatif”, seperti hukum adat dan banyak hukum lainnya. Dan akhirnya
gagasan bangsa sebagai suatu bentuk puncak dari politisasi masyarakat juga
menghancurkan segala bentuk kelompok-kelompok masyarakat. Semua otoritas
tersebut dipelihara melalui monopoli penguasaan alat-alat pertahanan dan keamanan,
bahkan negara memonopoli cara untuk menundukkan rakyat. Sebaliknya anarkisme
memang mengidamkan suatu visi social tentang “masyarakat alami” yakni suatu
masyarakat swakelola yang mandiri dari para invidual yang secara swadaya
membentuknya. Anarkisme bahkan menjadi sikap politik bahwa pemerintahan selain
tidak perlu juga destruktif. Ini memang sesuai dengan makna harfiah Anarki, yang
konon asal katanya memang berakar dari kata Yunani yang artinya kurang lebih “tanpa
aturan atau without a rule”, dan memang dalam perkembangannya telah digunakan.
Apa sebenarnya pandangan, visi dan pendirian filosofis kaum anarkis? Anarkisme
mengambil berbagai bentuk dan spektrum, yakni dari Anarkisme aliran kiri dan eskrim
kiri, maupun anarkisme aliran kanan bahkan sampai anarkisme ekstrem kanan yang
berwatak individualistik. Meskipun anarkisme kelihatannya berakar pada paham
kebebasan individual yang liberal, namun lokasi konflik pahamnya justru pada pada titik
yang terletak antara negara dan masyarakat. Meskipun terdapat berbagai aliran
pemikiran kaum narkisme dalam berpendirian terhadap lokasi konflik negaramasyarakat
tersebut. Namun pendirian pendirian mereka sesungguhnya secara
sederhana dapat dikatagorikan kedalam Anarki individualistik dan anarki sosialistik.
Anarki Individualistik berangkat dari cita cita kebabasan individual, serta berpangkal
juga dari kedaulatan individual atas pemilikan harta dan kekayaan pribadi, serta
pemilikan privat. Dengan demikian arah anarki individualis ini adalah suatu bentuk dari
anarki kapitalisme. Sementara anarki kiri yang berwatak sosialistik justru berangkat dari
penolakan kekayaan pribadi dan negara yang menurut mereka sebagai sumber
penyebab dari ketidakadilan sosial. Golongan anarki ini justru berpendirian perlunya
pembatasan kekuasaan dan keperkasaan negara atas individu dalam kelompok
kelompok masyarakat. Pendek kata paham ini adalah perkawinan antara paham
bercorak liberalistik dan sosialisme. Itulah mereka juga disebut sebagai Sosialisme
Libertarian.
Kalau kita telaah perkembangan pemikiran dan gerakannya, Anarkisme sudah lama
sekali berkembang dan pemikiran tersebut masing berkembang hingga saat ini dengan
nama, gaya dan bentuk yang berbeda-beda. Meskipun sudah lama berkembang,
misalnya William Godwin (1756-1836) telah melontarkan gagasan yang diduga menjadi
inspirasi paham Kooperasi sosialis model Owen, namun membincangkan paham
anarkisme tidak dapat melupakan bagitu saja tokoh pemikir Proudhon yang pada
dasarnyaa mengadaaopsi gagaan koperasi sosialis. Dia melihat bahka kekuasaan
negara dan kekuasaan Modal adalah sinonim, sehingga mustahil baginya
menggunakan negara untuk memperjuangan kaum proletar. Belakangan Bakunin
melanjutkan gagasan tersebut, bedanya Bakunin menempuh jalan pengambilalihan
secara revolusioner dan kekerasan untuk membangun kolektivisme. Peter Kropotkin
salah seorang pengikutnya Bakunin melanjutkan gagasan tersebut secara lebih
komunistik, yakni dengan menganjurkan gagasan “segala sesuatu milik setiap orang,
dan pembagian didasarkan pada kebutuhan tertentu masing-masing.
Perkembangan praktek anarkisme demikian juga penentangnya dimana mana dan para
buruhpun mulai mengadopsinya yang melahirkan suatu sempalan baru yang dikenal
dengan “Anarcho-Syndicalism”, atau Revolutionary Syndicalism. Mulai dari pikiran
bahwa fungsi serikat buruh yang secara tradisional memperjuangkan kenaikan upah
dan perbaikan kondisi kerja dianggap sudah lagi tidak memadai. Serikat buruh harus
menjadi organisasi militan untuk menghancurkan Kapitalisme dan negara. Buruh harus
ambil alih pabrik-pabrik dan dikuasai. Dengan demikian, serikat buruh juga dituntut
mampu untuk menjadi pengelola manajemen pada saat pasca revolusi. Pendek kata
bagi mereka serikat buruh pada dasarnya berfungsi sebagai badan perlawanan, namun
pada era pasca revolusi serikat buruh harus juga berfungsi dalam administrasi
menjemen untuk mengelola industri. Untuk menjaga stamina militansi, suasana
lingkungan perlu secara terus menerus dikembangkan untuk itu. Mereka, para anarki
sindikalis dimasa lalu sangat percaya bahwa suatu aksi perlawanan yang massif akan
mampu melumpuhkan negara dan bahkan sistim kapitalisme.
Bagaimana gerakan anarki saat ini dan masa mendatang? Saat ini sesungguhnya
gerakan anarkisme tengah mengalami kemunduran. Kecuali di Spanyol gerakan anaki
dihancurkan dimana-mana. Meskipun dua tokoh Anarki besar seperti Bakunin dan
Kropotkin berasal dari Rusia, namun gerakan itu disana justru dikerdilkan oleh rezim
totaliter disana maupun idenya dikooptasi oleh Partai Sosialia Revolusioner Narodniki.
Sementara ditempat lain dimasa lalu gerakan Anarkisme pernah mengalami
kejayaannya. Contohnya, gerakan perlawanan sosio kultural yang dipelopori oleh
Mahatma Gandhi dianggap sebagai realitas dari pengaruh Anarkisme di Asia. Gandhi
berhasil mengembangkan gerakan resistensi dan pembangkangan social yang bersifat
anti-kekerasan di Afrika Selatan dan India. Orang percaya bahwa Gandhi banyak
membaca pikiran Anarkis seperti Leo Tolstoy dan Thoreau maupun Kropotkin.
Meskipun impian Gndhi tentang suatu masyarakat komunal berbasis desa swadaya
belum pernah terwujud, tetapi pemikirannya dilanjutkan orang orang sepahamnya
dengan mengembangkan gerakan Sardovaya yang dipimpin oleh Vinoba Bhave Jaya
Prakash Narayan yang mengembangkan gerakan pemilikan tanah secara kolektif yang
dikenal dengan gramdan, dimana pada tahun 60-an menjadi gerakan yang mendapat
sambutan secara luas di India.
Di Barat Anarkisme memang menjadi daya tarik kaum intelek. Anarkisme dianggap
menjadi pendorong gerakan Civil rights di Amerika akhir tahun 1950-an, dimana warga
kulit hitam Amerika melakukan resistensi terhadap ketidakadilan yang dilegalisir dalam
konstitusi dengan menggunakan gerakan moral. Gerakan itulah yang dianggap sebagai
picu gerakan social selanjutnya, dimana gerakan sosial makin meluas dan meruncing,
tidak hanya terbatas sebagai gerakan civil rights tapi telah berkembang menjadi
gerakan umum menentang struktur elitisme dan gerakan kritik terhadap gaya hidup
materialisme masyarakat industri baik di negara negara Kapitalis maupun negara
Komunis. Gerakan itu terus berlangsung hingga tahun tahun 1960-an dan 1970-an.
Anarkisme dengan demikian telah menjadi identik dengan gerakan “counter culture”
atau budaya tanding yang sangat popular dikalangan anak muda dan Mahasiswa dan
kelompok kiri secara umum di Amerika dan Eropa serta Jepang. Namun watak
anarkisme generasi ini memang lebih merupakan pemberontakan budaya ketimbang
suatu hal yang berwatak ideologis.
Pendirian akan penolakan kaum anarki terhadap negara, serta desakan untuk
desentalisasi dan otonomi lokal, sangat gaung kuat terhadap mereka yang bercita cita
menegakkan demokrasai participatory. Jika gerakan sosial ditahun 60-an memendam
semangat “buruh menguasai industri” maka kelihatannya pikiran Anarcho-Syndicalisme
masih hidup. Tetapi Anarkisme generasi tahun 60-an dan 70-an memprakarsai suatu
perlawanan masif dan berskala global melalui aksi langsung dengan membentuk
parlemen jalanan mempunyai agenda yang berbeda dengan generasi sebelumnya.
Gerakan anarkisme era tersebut menunjukkan adanya indikasi kuat bahwa mereka
menerima warisan pemikiran Bakunin tentang “pan-destructionisme” dimana mereka
percaya bahwa sistim masyarakat yang ada saat itu sudah sangat rusak, korup dan
munafik sehingga sudah tidak layak lagi untuk diperbaiki dan harus dibersihkan secara
total.
Dari perbincangan ini, kita dapat memahami ternyata paham anarkisme tidak
sesederhana yang selama ini diprsepsikan oleh banyak orang. Anarkisme juga memiliki
anatomi dan bentuk gerakan yang bermacam macam. Menganggap tungal terhadap
anarkisme yang sebenarnya beragam tersebut dapat memunculkan suatu
kesalahpahaman yang tidak perlu. Karena memang paham anarkisme dalam
perkembangannya pernah menjadi pendorong terhadap perubahan sosial menuju suatu
masyarakat bebas dari otoritarianisme menuju pada suatu masyarakat egaliter, tanpa
dominasi dan demokratis. Bahkan paham Anarkisme telah menjadi inspirasi terhadap
lahirnya banyak karya sastra tentang kemanusiaan yang sangat berbudaya. Misalnya
saja kritik Ivan Illich terhadap “sekolah” di awal tahun 70-an merupakan salah satu
karya seorang anarkis yang memberi isnpirasi bagi berbagai upaya pembaharuan
pemikiran dan metodologi pendidikan. Pendek kata sudah lama masyarakat luas
menjadi semakin manusiawi dan beradab, justru karena inspirasi dari para pemikir
anarkis.
Bagaimana masa depan Anarkisme? Pada saat ini rakyat secara global mnghadapi
tantangan besar akibat dari menguatnya paham Neo-Liberalsime. Indikasi menguatnya
paham ini telah mendorong tata ekonomi, politik, sosial dan budaya kedalam suatu
zaman yang dikenal dengan era Globalisasi. Globalisasi yang merupakan suatu formasi
sosial untuk pengintegrasian ekonomi nasional bangsa bangsa kedalam suatu sistim
ekonomi Kapitalisme global, juga telah memincu munculnya gerakan anarkisme baru
diawal abad ini. Proses Globalisasi yang memaksakan pembentukan sistim, tata relasi
dunia baru ini membawa akibat semakin menguatnya institusi modal dan Negaranegara
Kapitalis melalui WTO dan Lembaga Keuangan Internasional terdapat indicator
telah membangkitkan semngat anarkisme lagi. Berbagai perlawanan rakyat secara
global diberbagai tempat menentang WTO dan Bank Dunia menjadi saksi dari
kebangkitan gerakan anarkisme lagi yang secara global dikenal yakni The World Bank
dan International Monetary Fund (IMF). IMF inilah organisasi yang paling dianggap
berkuasa di abad 20.
Justru pada era globalisasi inilah terdapat suatu gejala lahirnya kembali gerakan
anarkisme global yang selama ini tidak banyak kedengaran. Globalisasi justru seakan
membangunkan kaum anarkis dari tidur, atau paling tidak membangunkan gerakan
sosial yang mendapat inspirasi dari kaum anarkis secara global, seperti gerakan anti
WTO, gerakan anti Hutang seolah meneruskan gerakan Hijau, gerakan feminisme,
gerakan masyarakat Adat ataupun gerakan rakyat kaum miskin kota dan sebagainya.
Gerakan rakyat menentang pembangunan Dam dibeberapa tempat di Asia, seperti
gerakan anti proyek pembangunan Dam Narmada di India tahun 1980-an, pada
dasarnya merupakan suatu bentuk dari “New Social Movement” yang mendapat
inspirasi dari pikiran anarkisme. Pada tahun 1992, gerakan untuk menyelamatkan
Narmada ini berhasil mendesak Bank Dunia untuk mencabut dukungannya terhadap
proyek tersebut. Gerakan yang “mewarisi sikap Kritis dan semangat anarkisme
Mahatma Gandhi” ini adalah merupakan gerakan sosial yang menantang watak
otoritarian kekuasaan negara dan sikap ekstraktif dari proses ekonomi yang dominan.
Gerakan anarkisme yang dalam era itu juga disebut sebgai “New Social Movement”
tumbuh dimana mana, dalam skala lokal, nasional, bahkan global.
Saat ini, sekali lagi kita menyaksikan suatu gerakan “koalisi global menentang WTO
dan gerakan “Anti Hutang” Jubilee 2000, serta berbagai koalisi global menentang Bank
Dunia, yang ditunjukkan dengan turunnya kembali kaum muda di jalan jalan kota-kota
besar dunia setiap diselenggarakan pertemuan Globalisasi adalah fenomena resistensi
sosial yang mengingatkan bangkitnya kembali gerakan anarkis atau bahkan terjaganya
dari tidur panjang watak anarkis dari gerakan sosial. Gelombang sentimen untuk
menentang watak dominasi Neo Liberalisme dan rezim Globalisasi yang mendunia saat
ini, bukankah fenomena yang merupakan indikasi lahirnya kembali anarkisme. Masih
banyak kasus yang saat ini tidak terungkap, bagaimana gerakan masyarakat di tingkat
akar rumput melakukan resistensi terhadap Globalisasi yang pada dasarnya memiliki
watak sebagai reinkarnasi pemikiran anarkisme. Misalnya saja gerakan para aktivis
untuk membela para petani dari invasi budaya modernisasi pertanian revolusi hijau
serta gerakan sosial untuk reformasi agraria dan hak hak petani (peasant rights) di
Indonesia saat ini, apakah tidak dapat secara luas dianggap sebagai bangkitnya
kembali falsafah anarkisme?.
Biografi
Mansour Faqih, almarhum lulusan Fakultas Filsafat dan Teologi, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hampir
selama duapuluh tahun menekuni perannya sebagai fasilitator program pendidikan kerakyatan di berbagai
ornop di Indonesia, kecuali masa jeda empat tahun (1988-1992) untuk menyelesaikan program magister
dan doktoralnya di Universitas Massachusets, AS, dalam bidang pendidikan dan perubahan sosial, serta
empat tahun berikutnya (1992-1996) sebagai Country Representative OXFAM-GB di Indonesia. Juga
pernah menjabat sebagai Chairman of Advisory Board Insist, dan aktif sebagai fasilitator pelatihan,
pengarah penelitian di ReaD, dewan redaktur jurnal Wacana, menyunting dan menulis beberapa buku
terbitan Insist Press, Pustaka Pelajar, dan konsultan senior di Remdec-Jakarta.(biografi singkat ini dikutip
dari Kata Zine # 02, Februari-Maret 2007)




Dari Anarchopedia

Anarkisme
Simbol anarkisme
Kotak info ini: lihat bicara sunting

Anarkismemerupakan kata dasar anarki yang diakhiri denganisme. KATA anarki adalah tiruan kata asing sepertianarchy (Inggris) dan anarchie(Belanda/Jerman/Prancis), yang juga cuma meniru kata Yunani anarchos/anarchia. Ini merupakan kata bentukan a (tidak/tanpa/nihil) yang disisipi n dengan archos/ archia (pemerintah/kekuasaan). Anarchos/anarchia = tanpa pemerintahan. Sedangkan Anarkis berarti orang yang mempercayai dan menganut anarki. Sedangkan isme sendiri berarti faham/ajaran/ideologi.

Secara keseluruhananarkisme yaitu suatu faham yang mempercayai bahwa segala bentuknegara,pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang menumbuh suburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan, beserta perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan.

"anarkisme adalah sebuah sistem sosialistanpa pemerintahan. Ia dimulai di antara manusia, dan akan mempertahankan vitalitas dan kreativitasnya selama merupakan pergerakan dari manusia". (Peter Kropotkin).
"penghapusan eksploitasi dan penindasan manusia hanya bisa dilakukan lewat penghapusan darikapitalisme yang rakus dan pemerintahan yang menindas" (Errico Malatesta).

Anarkisme adalah teori politikyang bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpahirarkis (baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial). Para Anarkis berusaha mempertahankan bahwaanarki, ketiadaan aturan-aturan, adalah sebuah format yang dapat diterapkan dalam sistem sosial dan dapat menciptakan kebebasan individu dan kebersamaan sosial. Anarkis melihat bahwa tujuan akhir dari kebebasandan kebersamaansebagai sebuah kerjasama yang saling membangun antara satu dengan yang lainnya. Atau, dalam tulisan Bakunin yang terkenal :

"kebebasan tanpa sosialisme adalah ketidakadilan, dan sosialisme tanpa kebebasan adalah perbudakan dan kebrutalan" (The Political Philosophy of Bakunin, Hal. 269,Mikhail Bakunin)

[sunting]Sejarah dan dinamika filsafat anarkisme

[sunting]Anarkisme komunis

William Godwin

Ide-ide anarkis bisa ditemui dalam setiap periode sejarah, walaupun masih banyak penelitian yang harus dilakukan dalam bidang ini. Kita menemuinya dalam karya filsuf Tiongkok, Lao-Tse (yang berjudul, Arah dan Jalan yang Benar) dan juga filsuf-filsuf Yunani seperti ‘Hedonists’ dan ‘Cynics’ dan orang-orang yang mendukung ‘hukum alam’, khususnya Zeno yang menemukan aliran ‘Stoic’ yang berlawanan dengan Plato. Mereka menemukan ekspresi dari ajaran-ajaran Gnostics, Karpocrates di Alexandria dan juga dipengaruhi oleh beberapa aliran Kristen di Zaman Pertengahan di Prancis, Jerman dan Belanda. Hampir semua dari mereka menjadi korban represi. Dalam sejarah reformasi Bohemia, anarkisme ditemui dalam karya Peter Chelciky (The Net of Faith) yang mengadili negara dan gereja seperti yang dilakukan oleh Leo Tolstoy di kemudian hari.

Humanis besar lainnya adalah Rabelais yang dalam karyanya menggambarkan kehidupan yang bebas dari semua cengkraman otoritas. Sebagian dari pemrakarsa ideologilibertarian lainnya adalah La Boetie, Sylvan Marechal, danDiderot. Karya William Godwinyang berjudul ‘Pertanyaan Mengenai Keadilan Politik dan Pengaruhnya Terhadap Moralitas dan Kebahagiaan’, merupakan bagian penting dari sejarah anarkisme kontemporer. Dalam karyanya tersebut Godwin menjadi orang pertama yang memberikan bentuk yang jelas mengenai filsafat anarkisme dan meletakannya dalam konteks proses evolusi sosial pada saat itu. Karya tersebut, boleh kita bilang adalah ‘buah matang’ yang merupakan hasil daripada evolusi yang panjang dalam perkembangan konsep politik dan sosial radikal di Inggris, yang meneruskan tradisi yang dimulai oleh George Buchanansampai Richard Hooker,Gerard Winstanley, Algernon Sydney, John Locke, Robert Wallace dan John Bellerssampai Jeremy Bentham,Joseph Priestley, Richard Pricedan Thomas Paine.

Godwin menyadari bahwa sebab-sebab ‘penyakit’ sosial dapat ditemukan bukanlah dalam bentuk negara tetapi karena adanya negara itu. Pada saat ini, negara hanyalah merupakan karikatur masyarakat, dan manusia yang ada dalam cengkraman negara ini hanyalah merupakan karikatur diri mereka karena manusia-manusia ini digalakkan untuk menyekat ekspresi alami mereka dan untuk melakukan tindakan-tindakan yang merusak akhlaknya. Hanya dengan cara-cara tersebut, manusia dapat dibentuk menjadi hamba yang taat. Ide Godwin mengenai masyarakat tanpa negara mengasumsikan hak sosial untuk semua kekayaan alam dan sosial, dan kegiatan ekonomi akan dijalankan berdasarkan ‘ko-operasi bebas’ diantara produsen-produsen; dengan idenya, Godwin menjadi penemu Anarkisme Komunis.

[sunting]Pierre-Joseph Proudhon

Tetapi Pierre-Joseph Proudhon, adalah pemikir yang mempunyai pengaruh jauh lebih besar terhadap perkembangan anarkisme, seorang penulis yang betul-betul berbakat dan ‘serba tahu’ dan merupakan tokoh yang dapat dibanggakan oleh sosialisme modern. Proudhon sangat menekuni kehidupan intelektual dan sosial di zamanya, dan kritik-kritik sosialnya didasari oleh pengalaman hidupnya itu. Diantara pemikir-pemikir sosialis di zamannya, dialah yang paling mampu mengerti sebab-sebab penyakit sosialdan juga merupakan seseorang yang mempunyai visi yang sangat luas. Dia mempunyai keyakinan bahwa sebuah evolusi dalam kehidupan intelektual dan sosial menuju ke tingkat yang lebih tinggi harus tidak dibatasi dengan rumus-rumus abstrak.

Proudhon melawan pengaruh tradisi Jacobin yang mendominasi pemikiran demokrat-demokrat di Perancis dan kebanyakan sosialis pada saat itu, dan juga pengaruh negara dan kebijaksanaan ekonomi dalam proses alami kemajuan sosial. Baginya, pemberantasan kedua-dua perkembangan yang bersifat seperti kanker tersebut merupakan tugas utama dalam abad kesembilan belas. Proudhon bukanlah seorangkomunis. Dia mengecam hak milik sebagai hak untuk mengeksploitasi, tetapi mengakui hak milik umum alat-alat untuk ber produksi, yang akan dipakai oleh kelompok-kelompok industri yang terikat antara satu dengan yang lain dalam kontrak yang bebas; selama hak ini tidak dipakai untuk mengeksploitasi manusia lain dan selama seorang individu dapat menikmati seluruh hasil kerjanya. Jumlah waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah benda menjadi ukuran nilainya dalam pertukaran mutual. Dengan sistem tersebut, kemampuan kapital untuk menjalankan riba dimusnahkan. Jikalau kapital tersedia untuk setiap orang, kapital tersebut tidak lagi menjadi sebuah instrumen yang bisa dipakai untuk mengeksploitasi.

[sunting]Anarkisme individual

Sedangkan aliran ‘Anarkisme individual’ yang dianjurkan di Amerika oleh individu-individu yang cakap seperti, Josiah Warren, Stepehen Pearl Andrews, William B. Greeenedan terutama Benjamin R. Tucker, meskipun mempunyai banyak persamaan dengan ide Proudhon, tetapi tidak dapat menandinginya. Anarkisme menemukan ekspresinya yang unik dalam karya Mark Stirneryang berjudul ‘Der Einzige und sein Eigentum’ (Ego dan Miliknya), yang dengan cepat dilupakan, tetapi mengalami kebangkitan lima puluh tahun kemudian. Buku Stirner itu pada dasarnya adalah karya filsafat yang menganalisa ketergantungan manusia dengan apa yang dikenal sebagai ‘kekuasaan yang lebih tinggi’ (higher powers). Dia tidak takut memakai kesimpulan- kesimpulan yang diambil dari hasil survei. Buku tersebut merupakan pemberontakan yang sadar dan sengaja yang tidak menunjukan kehormatan kepada otoritas dan karenanya sangat menarik bagi pemikir mandiri.

[sunting]Internationale Pertama

Mikhail Bakunin 1814-1876

Mikhail Bakuninmerupakan seorang tokoh anarkis yang mempunyai energi revolusi yang dashyat. Bakunin merupakan ‘penganut’ ajaran Proudhon, tetapi mengembanginya ke bidang ekonomi ketika dia dan sayap kolektivisme dalam First International mengakui hak milik kolektif atas tanah dan alat-alat produksi dan ingin membatasi kekayaan pribadi kepada hasil kerja seseorang. Bakunin juga merupakan anti komunis yang pada saat itu mempunyai karakter yang sangat otoritar.

Pada salah satu pidatonya dalam kongres ‘Perhimpunan Perdamaian dan Kebebasan’ di Bern (1868), dia berkata, “Saya bukanlah seorang komunis karena komunisme mempersatukan masyarakat dalam negara dan terserap di dalamnya; karena komunisme akan mengakibatkan konsentrasi kekayaan dalam negara, sedangkan saya ingin memusnahkan negara --pemusnahan semua prinsip otoritas dan kenegaraan, yang dalam kemunafikannya ingin membuat manusia bermoral dan berbudaya, tetapi yang sampai sekarang selalu memperbudak, mengeksploitasi dan menghancurkan mereka”.

Bakunin dan anarkis-anarkis lain dalam First Internationalpercaya bahwa Revolusi sudah berada di ambang pintu, dan mengerahkan semua tenaga mereka untuk menyatukan kekuatan revolusioner dan unsur-unsurLibertarian di dalam dan di luar First International untuk menjaga agar revolusi tersebut tidak ditunggangi oleh elemen-elemen kediktatoran. Karena itu Bakunin menjadi pencipta gerakan anarkisme moderen. Peter Kropotkin adalah seorang penyokong anarkisme yang memberikan dimensi ilmiah terhadap konsep sosiologi anarkisme.