Muhammad Dalam Kitab Suci Dunia
Oleh : Maulana Abdul Haque Vidyarthi (1888 - 1978)
MISTERI 'SWASTIKA' DIUNGKAP
Hindu, Buddha, Kristen dan Yahudi, mempunyai dalam agamanya masing-masing, beberapa tanda atau lambang yang bersifat mistis yang mewakili sejarah dan etika dari agama-agam tersebut, seperti halnya bangsa dan pemerintahan di dunia ini mempunyai lambang dan tandanya masing-masing, yang mencerminkan sejarahnya serta berfungsi sebagai petunjuk bagi generasi mendatang. Lambang ini bukannya tanpa kehormatan atau arti, tetapi maknanya telah dikenal tidak hanya bagi beberapa orang yang terdidik, manfaat dari dirancangnya lambang itu telah hilang bagi kebanyakan manusia. Karena itulah maka esei ini di tulis.
Betapa sedikit diketahui arti kata Sanskrit ‘OM’ dengan gambar bulan sabit dan bintang di atasnya dan tiga ‘Ma’ di bawahnya; dan ‘OM’ dalam kitab suci Buddha, bunga teratai, terletak terbuka dengan satu permata di setiap ke tujuh ujung kelopak bunganya. Tanda-tanda ini jelas menunjuk kepada masa depan, kedatangan dari ‘Seorang Yang Mendatang’ dimana lambang agamanya adalah bulan sabit dan bintang, cahaya yang semakin bersinar, membimbing orang tulus ke jalan yang benar, dan dengan rembulan pengikutnya akan membuat kalender. Mempunyai suatu nama yang unik dan tak tertandingi di kerajaan langit, yakni, tiga ‘Ma’ dalam namanya, dia akan berjiwa suci dan salih seperti setangkai kembang teratai yang mengapung di atas air yang jernih dan tenang. Kredonya adalah tujuh permata, berdasarkan atas tujuh sifat mulia yang utama, menyajikan suatu aturan hidup yang lengkap dan langkah pasti menuju Tuhan. Apakah ‘Seorang Yang Mendatang’ ini sama dengan sumber harapan dan keinginan dari kaum Kristen awal? Ma-ranatha, (‘Ma’ yang dijanjikan segera datang) adalah kata kiasan dan ilham pada hari-hari penuh penganiayaan itu.
Sebelum mengungkap makna dan arti penting dari Swastika, saya hendak menyatakan bahwa para ahli agama hingga saat ini hanya sedikit sekali menaruh perhatian kepada hal yang paling penting ini, yakni bahwa lambang mistis dari zaman kuno, meskipun berbeda dalam bentuk, bahasa, agama, dan tujuan; ‘Om’ dari agama Hindu, Alpha dan Omega dari Yunani, ‘Maranatha’ dari Kristen, ‘Emet’ dari Yahudi, dan ‘metreya’ dari Buddhis – yang merupakan bentuk kebalikan dari kata Yahudi ‘Emet’.
Dalam ‘Emet’ juga terdapat tabir yang hangat; yakni, dalam kitab suci Ibrani nama Dia Yang akan Datang (Nabi Islam) adalah Muhammad M. Emet mengandung tiga huruf; alpha, ma dan tau menunjukkan yang pertama, tengah dan akhir dari alfabet Ibrani. Menurut pengaturan ini, ada tiga ma dalam ‘Emet’, karena masing-masing dari dua silabus itu tergantung pada ma yang membentuk inti dari ma ketiga. Lalu, apa arti Mahammadim (tiga M) bagi kaum Yahudi? Kami merujuk lagi kepada Kidung Agung Sulaiman, nabi besar Bani Israil:
“Kata-katanya manis semata-mata, segala sesuatu padanya menarik. Demikianlah kekasihku, demikianlah temanku, hai putera-puteri Yerusalem” (Kidung Agung 5:16; yakni para ulama Yahudi dan Kristen).
Dalam kitan suci Buddha Dia Yang akan Datang itu bernama Metreya tetapi artinya sama saja; treya berarti tiga, maka kata itu sendiri, secara harfiah diterjemahkan, berarti ‘dia yang namanya mengandung tiga M’. Perdebatan di antara para ulama, merujuk kepada kedudukan dari M ini dalam nama nabi ini, hanya berbeda bunyi akibat bahasa dari mana lambang ini berasal. Bahasa itu memiliki bentuk strukturnya masing-masing dan sarana untuk mengucapkannya dan, selanjutnya tanda-tanda ini diwahyukan pada manusia yang kapasitas spiritual dan mentalnya berbeda-beda tingkatannya. Jadi, adalah suatu akibat yang wajar bila terdapat variasi dalam pembentukan dan pengucapan dari tanda-tanda ini. Misalnya, silabus im dalam bahasa Ibrani adalah dia yang mendapatkan penghormatan dan kehormatan bila diikuti dengan nama tertentu misalnya, Elohim, Mahamadim. Posisi M di sini menunjukkan tiga tingkat yang besar dalam kehidupan nabi yang dijanjikan ini. Kita rujuk lagi kepada kata-kata Nabi Sulaiman: ‘Mulutnya paling manis; ya, segala sesuatu padanya sangat menarik’. Dalam bahasa kiasan ini berarti bahwa Alpha-nya (permulaannya) begitu manis, dan Omega-nya (akhirnya) juga yang paling manis dan kehidupan di antara keduanya sangat menarik hati. Im dari Mahamadim juga meramalkan sukses serta kejayaan yang tak ada tandingannya yang akan menjadi mahkota penggenapan dakwahnya ini. Dalam menunjang argumen kita, maka kitab suci Yahudi memberi kita gambaran yang lebih rinci dari Nabi kita serta begitu kedekatannya dengan pemberian namanya yang sejati. Karena itu, diterangi dengan akal sehat, fakta sejarah yang konsisten, satu-datunya kunci atas misteri yang terkunci di dalamnya adalah tanda yang menjadi acuan umum bagi semuanya – yakni bahwa Nabi Yang Dijanjikan itu memiliki tiga M dalam namanya dan beliau adalah yang paling berhasil dalam dakwahnya.
Lalu siapakah, kecuali Nabi Suci Muhammad dapat dikatakan bisa menggenapi dan membuat jelas arti dari tanda-tanda ini? Adalah suatu perkara nyata bahwa namanya mengandung tiga M dan beliau adalah yang paling berhasil dalam mencapai semua tujuannya. Para musuhnya tidak bisa menghalangi dakwahnya, melemahkan keyakinannya atau menghilangkan nyawanya; tidak, bahkan musuhnya yang paling keras pun berubah menjadi pengikutnya yang setia. Kredonya berkembang sepenuhnya, Kitabnya diwahyukan dan dicatat, bahkan sejak beliau sendiri masih hidup. Tak ada sukses yang lebih besar daripada yang dianugerahkan kepada Nabiullah s.a.w.
Tetapi mungkin kita bertanya, mengapa Sulaiman yang memuji dan meramalkan kedatangan Muhammad dan bukannya Yesus Kristus yang adalah saudaranya sebapak? Alasannya jelas. Kitab suci Yahudi melemparkan fitnah kepada Nabi Sulaiman, menudingnya penuh kemesuman dan menyembah berhala. Yesus jelas berdiam diri atas tuduhan ini, tetapi Muhammad bersabda, dengan rahmat Ilahi:
“Dan mereka mengikuti apa yang dibuat-buat oleh setan terhadap kerajaan Sulaiman, dan Sulaiman tak kafir, tetapi setanlah yang kafir” (Quran Suci 2:102).
Para ulama berpendapat bahwa Sulaiman mempunyai banyak isteri, baik Bani Israil maupun bukan, yang kemungkinan besar ada benarnya, tetapi dia tidak membuat altar untuk mereka maupun menyembah berhala isteri-isterinya yang non-Israil yang disukainya melebihi Yahweh (1). Muhammad sendirilah yang membersihkan Sulaiman serta para Nabi lain-lainnya, dari rekayasa setan ini, maka karenanya penting bahwa Sulaiman itu harus meramalkan kedatangan Nabi Muhammad.
Sekarang setelah saya menyingkap rahasia yang mendalam dan sulit dari empat agama besar dunia, dan pada saat yang sama menyajikan pembuka telaah mendalam atas ilmu perlambang; sekarang saya hendak mengungkapkan rahasia mistis dari Swastika, Emblem dari Matahari yang Besar. Saya bertaruh, dengan rahmat Allah, bahwa ini adalah penafsiran yang tepat. Swastika, yang barangkali digunakan secara geografis jauh lebih luas dan lebih universal dibanding lambang lain yang berkembang dari zaman kuno. Dan di dapati baik di dunia lama maupun baru. Meskipun penggunaannya dan maksud artinya berbeda, namun secara konsisten itu menjadi lambang kemakmuran, perlindungan dan kedermawanan bagi banyak kaum, baik yang kuno maupun kontemporer, yang kehidupannya diberkahi. Swastila ini digunakan di Inggris oleh bangsa Gaul dan Celt, pada koin, altar serta benda-benda sakral lainnya; di India, pada buku-buku di toko dan pada pot-pot hitam di ladang serta dangau penjaga kebun sebagai perlindungan terhadap tanaman; di Cina dan Jepang, pada tapak-tilas Buddha serta orang-orang suci lainnya (versi Swastika dalam Buddha ini tangan-tangannya bengkok ke kiri); di Athena, di dada dewa Apollo; serta penghormatan yang sama di Yunani, Kepulauan, Cyprus, Rhodes, Irlandia, Amerika Utara, Selatan dan Tengah.
Dari kejayaan begitu banyak kerajaan kuno ini, melalui takhayul serta kebrutalan abad kegelapan di Eropa, Swastika bertahan hingga abad pencerahan dan pengetahuan, lalu bangkit sebagai simbol dari filsafat dan doktrin yang carut-marut dari Adolf Hitler. Swastika yang tetap dan tahan uji, dilucuti dari kewibawaannya yang abadi, menjadi sinonim dengan superioritas bangsa Arya, kemenangan Arya, serta anti-semit dan anti segala sesuatu selain Arya. Dengan penghinaan yang berlebihan, dia nampak di tank, pesawat tempur, meriam, uniform, stempel dan bendera dari mesin perang Jerman, menjadi saksi kekerasan terhadap kemanusiaan oleh manusia. Terpujilah Tuhan bahwa Naziisme dengan ancamannya yang luar-biasa kepada umat manusia telah bisa dimusnahkan, namun marilah kita membersihkan Swastika dari segala fitnah berupa segala dosa yang dilekatkan oleh banyaknya kejahatan yang berkembang pada waktu bangkitnya pembantaian oleh Hitler, dan marilah kita sajikan kepada umat manusia ilmu dan hikmah yang terkunci dalam keempat tangannya.
Kita telusuri Swastika ke orang-orang Afrika kuno yang mendirikan peradaban Mesir dan yang menggunakan Swastika sebagai lambang serta membangun Piramida Besar sebagai monumen agama mereka, dan sebagai suatu simbol nubuatan dari seorang guru agung yang akan membawakan agama sempurna. Betapa pun, sejarah memberi kita sedikit sekali pengetahuan tentang asal-usul Swastika dan itupun, tidak konsisten serta kabur. Tetapi saya percaya ada suatu kunci untuk setiap misteri, yang dengan rahmat Ilahi serta kerja tekun akan bisa diketemukan; dihubungkan dengan sejarah agama, Egyptology, Great Pyramid dari Ghizeh serta tradisi yang berhubungan dengan Swastika, maka pembimbing dan yang berwenang haruslah Quran Suci, yang merupakan wahyu terakhir serta satu-satunya yang masih murni dari Yang Maha-mengetahui Segala Yang Ghaib, ‘Buku Sempurna’ yang dirujuk oleh semua agama sebelumnya. Banyak rahasia dunia ini diwahyukan melalui al-Quran 1400 tahun yang lalu, dan telah diterima oleh sebagian besar cendekiawan serta ilmiawan hanya dalam abad yang lalu atau sekitar itu. Marilah kita tidak membuang waktu yang sangat berharga dengan membaca pinggir-pinggirnya, pintu telah terbuka kini, kita boleh langsung masuk ke dalam rumah itu sendiri.
Saya kaaitkan bahwa Swastika itu adalah kontraksi dari lima cita ideal dari Mesir Kuno – satu Pencipta dengan empat sifat utama – padanan atasnya banyak kita jumpai di tempat-tempat lain di dunia. Di sini kita menghubungi otoritas kita, al-Quran:
“Dan mereka berkata: Janganlah kamu meninggalkan tuhan-tuhan kamu, dan jangan (pula meninggalkan) Wad, dan Suwa, dan Yaghuts, dan Ya’uq, dan Nasr” (HQ.71:23).
“Dan sungguh mereka telah menyesatkan banyak orang. Dan tiada Engkau menambah kaum lalim kecuali kerusakan”(HQ.71:24).
“Karena kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan, lalu dimasukkan ke Neraka, maka mereka tak menemukan penolong bagi mereka selain Allah”(HQ.71:25).
“Dan sungguh mereka telah menyesatkan banyak orang. Dan tiada Engkau menambah kaum lalim kecuali kerusakan”(HQ.71:24).
“Karena kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan, lalu dimasukkan ke Neraka, maka mereka tak menemukan penolong bagi mereka selain Allah”(HQ.71:25).
Di sini kita dapati nama lima berhala yang ‘disembah pula oleh orang Arab’ pada zaman Nabi Nuh: Wadd tuhan lelaki, Su’wa tuhan perempuan, Yaghuts tuhan-singa, Ya’uq tuhan-kuda dan Nasr tuhan-rajawali.. Ahli Mesir Kuno, dalam menggali tulisan hiroglip dari Piramida Besar, dan menterjemahkan tradisi kaum Mesir Kuno, menemukan lima indikasi kuat bahwa lima tuhan yang sama ini, atau sekutunya, telah disembah juga di Mesir – Horus beserta empat anak lelakinya, yakni, Amsta dewa-lelaki, Hapi dewa-singa, Taumutf dewa ox atau sapi, Kablsenuf dewa-rajawali. Sekarang marilah kita bangun persamaan universal dari dewa-dewi ini (cita-ideal yang asli):
Arab | Mesir | Yahudi | Chaldean |
Wadd – lelaki | Horus | Adam – lelaki | Ustur – lelaki |
Suwa – perempuan | Amsta – lelaki | ||
Yaghuts – singa | Hapi – singa | Aryih – singa | Nirjul – singa |
Ya’uq – kuda | Taumutf – sapi | Shor – sapi | Sed-Alap – banteng |
Nasr – rajawali | Kablsenuf – elang | Neher-rajawali (Ezek.1:10) | Nattij – rajawali. |
Cina | Meksiko | Afrika Barat |
Tai-Tsong – dewa timur | Acattal | Ibara |
Sigan-fo – dewa barat | Tecpate | Edi |
How-Kwang – dewa selatan | Colli | Oyekum |
Chenusi – dewa utara | Tochtti | Oz-be |
Kemiripan yang umum, dari simbol ini, didukung oleh munculnya Swastika yang berkaitan dengan mereka, dengan pasti menegakkan asal-usul yang murni dan sama, yakni agama ilahi monoteistik yang diwahyukan. Mengenai paganisme, ini agaknya menjadi nasib alamiah dari agama sebelum Islam, yang dekrit Ilahinya tidak awet sepanjang masa. Seperti dalam agama Kristen, Buddha, Hindu, Yahudi dan sebagainya, para pemeluknya merubah nabi-nabinya (lelaki dalam bentuk berhala) sambil meninggalkan Tuhan yang diajarkan oleh nabi tersebut. Meskipun ada perubahan ini tetapi kebenaran aslinya tidak hilang, berkurang atau hancur, mereka tersaji sebagai tantangan dan petunjuk pasif bagi manusia yang ingin mencari kebenaran sejati.
Albert Churchward, ahli sejarah dan batu purba terkemuka menulis:
“Kita menganggap bahwa Piramida Besar dari Gizeh itu diabngun di Mesir sebagai sebuah monumen dan memorial abadi bagi agama awal ini, dengan hukum ilmiah yang benar, dengan ilham ilahi dan ilmu tentang hukum-hukum alam semesta. Sungguh kita bisa melihat Piramida Besar ini sebagai kuil sejati dari batu yang pertama di dunia, mengungguli yang lain yang telah dibangun, dengan rahasianya yang digambarkan di batu itu, secara simbolis, untuk dibaca oleh mereka yang mendalami rahasia misteri dari agama mereka” (2).
Sebelum kita mulai memecahkan rahasia Swastika, marilah pertama-tama kita mengakrabkan diri kita dengan ilmu menarik tentang perlambang (simbolisme) dengan menelusuri dua lambang umum ke sumber mereka, dan mencatat betapa mereka itu (simbul pada umumnya) bisa dalam rentang waktu berbalik dari baik ke buruk atau sebaliknya. Misalnya, sekarang ini cincin kawin melambangkan persatuan dari seseorang, pengabdian serta kehendak antara seorang lelaki dengan seorang perempuan yang berikrar dalam ikatan perkawinan; bulan madu itu melambangkan kegembiraan, kemandirian mereka serta ‘meninggalkan semuanya yang lain-lain’. Namun, bila kita telusuri, kita dapati bahwa cincin itu melambangkan ikatan atau rantai yang diperuntukkan seorang budak. “Sekarang engkau dalam ikatanku, kehendak bebasmu berakhir hari ini” – bulan madu kita telusuri sebagai perkosaan terhadap seorang perawan muda dari orang tuanya oleh seorang muda yang keras hati, melarikannya ke tempat yang jauh dan sunyi untuk menikmatinya.
Jadi kita bisa melihat betapa banyak lambang telah mengalami perubahan di tangan masyarakat dan budaya yang berbeda, meninggalkan hanya bayangan dari maknanya yang asli.
Swastika mewakili Piramida Besar dari Ghizeh.
Swastika telah berumur 7000 tahun, digunakan oleh demikian banyak bangsa, sesungguhnya telah diabdikan kepada macam-macam, tetapi, dengan mengambil maknanya, yakni makna yang konsisten serta paling orisinil, kita bisa membangun suatu dasar bagi penterjemahannya. Sejauh ini kita telah menyusun arti bahwa Swastika itu merupakan kontraksi dari lima citra-ideal yang disembah dalam bentuk berhala baik oleh bangsa Arab maupun Mesir, yang dalam kasus ini yang terdekat dengan agama aslinya. Ahli-ahli Mesir Kuno menyatakan kepada kita bahwa Horus, Maha-dewa, berdiri di puncak piramida didukung oleh empat puteranya yang berdiri di masing-masing pojok-penjuru.
Gambar berikut ini akan memfasilitasi perbincangan kita:
Quran Suci menyeru manusia agar beriman kepada para nabi yang telah di kirim ke segala bangsa dan kaum, dengan petunjuk dari Tuhan Yang Maha-kuasa; bahwa berhala, seperti yang kita lihat sebagai contoh adalah Horus dengan ke empat anak laki-lakinya, adalah produk dari kesalahan pemikiran manusia, seperti juga ketidak-sucian kitab-kitab suci adalah hasil interpolasi manusia. Maka kita temukan bangsa Mesir dan Arab menyembah – seperti juga banyak bangsa lain – menyembah nabi dan citra-ideal dari agama mereka dan bukannya Tuhan Yang-esa Yang memiliki semua citra-ideal kesempurnaan, Yang membangkitkan para nabi dari antara manusia. Tetapi kita tahu bahwa nabi itu bukan dewa ataupun berhala, mereka tiada lain adalah cermin yang terbabar di hadapan manusia akan adanya dan aspek Ketuhanan.
Horus -sepertinya dia adalah seorang nabi atau guru dari Mesir Kuno – selanjutnya jelas tidak benar dalam simbolnya, karena kita tahu bahwa Tuhan itu bukan laki-laki, dan tidak punya putera atau puteri, tetapi, bila kita melucuti lambang ini dari semua mitologinya, maka kita tiba pada cita-ideal yang melatarbelakanginya atau atribut (asma/sifat)nya; Horus kemudian menjadi Tuhan Yang Maha-esa dari semesta, anak-anak lelakinya adalah empat atributnya yang utama; yakni, Yang Maha-kuasa, Yang Maha-pengasih, Yang Maha-bijaksana, Yang Maha-adil.
Surat pertama dari Quran Suci, al-Fatihah, dikenal sebagai Ummul Kitab, Induknya Kitab, Pembukaan Kitab; ini adalah inti-sari kebenaran, inti keimanan bagi jutaan Muslim dan semuanya adalah, atau bahwa, Islam terbangun dalam tujuh ayat di dalamnya yang selalu hidup (karena dulang-ulangi dalam salat –Pent.). Surat ini dimulai:
“Dengan nama Allah, Yang Maha-pemurah, Yang Maha-pengasih.
Segala puji kepunyaan Allah, Tuhan sarwa sekalian alam,
Yang Maha-pemurah, Yang Maha-pengasih.
Yang memiliki Hari Pembalasan”. (Q.S.1:1-3).
Empat asma utama terdapat dalam tiga ayat ini dan mereka adalah dasar dari aspek-Nya, sifat ilahi-Nya yang lain memancar dari sini. Asma Ilahi ini tetap konstan, seperti yang kita lihat, perbedaannya hanyalah bahwa agama yang belakangan sewajarnya lebih mencakup dalam pengertian dan penerapannya. Di sini lagi-lagi Islam itu unggul dibanding agama lainnya, karena al-Quran tidak membiarkan kita melewatkan sifat-Nya tetapi dengan tegas menyatakan dan menerangkan asma-asma Ilahi, yang secara tanpa disangka berfungsi memperkaya kosa-kata dari agama lainnya.
Dia adalah Rabbul a’lameen, Tuhan sarwa sekalian alam (Yang Maha-kuasa); Dia adalah Rahman, Yang Maha-pemurah (Yang Maha-penyayang); Dia adalah Rahim, Yang Maha-pengasih (Yang Bijak dalam Kasih-sayang). Dia adalah Maliki yaumiddiin, menunjukkan keadilan-Nya yang sempurna.
Sekarang kita telah menegakkan pendapat bahwa lambang ini, yang digunakan oleh bangsa purba, berfungsi sebagai cermin dari sifat Tuhan tertentu; dengan ungkapan yang lebih langsung, lambang itu diadakan untuk menunjukkan akibat perbuatan manusia yang didukung oleh sifat tersebut. Misalnya, banteng adalah simbol dari kemakmuran karena tenaga reproduksinya dan manfaat besar yang mengikutinya kepada manusia. Akhir dari semuanya, sapi atau lembu adalah basis peradaban awal, dan sapi kelihatannya menjadi lambang kebudayaan. Lembu itu memberi susu, menarik bajak, dan mengairi ladang. Bila kita pertimbangkan keadaan orang-orang dahulu, kita dapat siap melihat pentingnya binatang ini. Sungguh pastilah pentingnya hewan ini, karena, bila manusia tanpa melalui pertolongannya membuka ladang, menanam dan menetap, maka abad batu akan masih tetap berlangsung.
Ada dua surat dalam al-Quran yang mencurahkan cahaya yang melimpah terhadap masalah ini, satu adalah surat kedua, “Sapi”, yang lainnya “Keluarga Imran”, surat ke tiga. Kedua surat ini dimulai dengan huruf ‘alif’,’lam’,’miim’. ‘Alif’ dalam tulisan kuno hieroglip bangsa Mesir dan Phunisia adalah sapi, yang digunakan mengolah tanah dalam persiapan menanam biji-bijian, ‘lam’ adalah batang atau tongkat yang digunakan untuk memerintah dan mengendalikan sapi, (bentuknya berkebalikan dalam bahasa Arab dan Inggris), ‘miim’ adalah air yang diperlukan biji agar bisa dipanen. Lembu itu merupakan lambang yang diperlukan oleh bangsa kuno, tetapi ini adalah satu fase dari sejenis budaya tertentu. Al-Quran menerangi dengan cahaya akan perkembangan dari budaya manusia, menyatakan bahwa ini ada dua cabang, spiritual dan fisikal. Karena itu, sapi melambangkan pengolahan bumi (budaya fisik) dan juga persaudaraan serta kesatuan tujuan (budaya spiritual) (3), yang keduanya adalah saling menunjang. Dalam bahasa Ibrani, Imran berarti ‘seikat gandum yang masak’, yakni, produk dari budaya fisik – evolusi manusia ke tujuan spiritual. Di medan perang Uhud, Nabi Suci s.a.w. melihat dalam rukyah sapi-sapi disembelih. Beliau sendiri menafsirkan bahwa dalam pertempuran itu sejumlah sahabatnya akan gugur, yakni para sahabatnya itu disebut sapi karena kasih-sayang dan saling menyayanginya.
Dalam Kitab Weda kita membaca bahwa banteng itu memanggul semesta, tetapi banteng juga budaya fisik dan spiritual, penyebab tunggal dan pemelihara bumi. Dalam filsafat Cina ada tiga huruf ‘ann, ho dan ping’. Ann (beras di mulut) menunjukkan arti pemelihara, awal kebutuhan kehidupan.
Dasar ideal dari contoh-contoh ini terdapat dalam sifat utama-Nya yang pertama, Rabbul ‘Alamiin; yakni, Dia adalah Tuhan sarwa sekalian alam, melalui mana hadirlah hukum alam, penciptaan, pemeliharaan, pengembangan dan perlindungan.
Setelah sapi atau banteng, dalam filsafat Cina ‘HO’ digambarkan sebagai ‘Seorang wanita di dalam tenda’. Lihatlah dalam kitab alam ini engkau akan melihat bahwa burung membuat sarangnya ketika mulai birahi. Perempuan, sarang, rumah dan kasih adalah sinonim. (Inilah al-Nisa, surat keempat dari al-Quran). Dalam Egyptologi, setelah sapi atau banteng, adalah perempuan dan kemudian datanglah makanan (al-Maida), atur meja makan bagi sekeluarga manusia. Adalah cinta spiritual atau kasih Ilahi dan cinta keada sesama manusia pada umumnya, yang dalam terminologi Quran disebut Rahmaniyyat. Kemudian tibalah atribut ke tiga, ‘Hikmah’, dimana manusia belajar dari mereka – kebijaksanaan tentang anatomi, obat-obatan, bahasa dan mekanis - yang Allah tetapkan dalam dirinya. Setelahnya datanglah Al-A’raf, tempat yang tinggi dan luhur; boleh anda namakan ini kebijakan spiritual. Ini dalam terminologi Quran adalah “Kitab dan Hikmah-Nya”. Dan dalam bahasa kiasan, ini adalah seekor elang rajawali. Dalam filsafat Cina ini adalah ‘Ping’, atau persamaan dari hati nurani.
Setelah persediaan (sapi), rumah (perempuan), persamaan hati (atur meja untuk seluruh keluarga manusia), wahyu (hikmah-rajawali), sekarang tibalah ‘Singa’. Ini adalah lambang keadilan di gerbang majelis, tidur ketika manusia tidak berbuat kesalahan, mengaum ketika kejahatan merebak. Dalam Quran Suci ada dua surat. Rampasan perang (Al-Anfal) dan Taubat (Al-Tauba) yakni, singa mengaum. Mereka yang telah merasakan penelitian filosofis dari Quran Suci akan menyadari betapa singa itu beristirahat atau mengaum. Dalam al-Anfal (hadiah sukarela bagi umat yang papa dan tertindas), singa itu tertidur, karena segalanya berjalan menurut aturan berbuat keadilan. Dan betapa singa itu mengaum dalam al-Taubah. Masalah yang sangat menkjubkan ini diringkas dalam surat yang sangat pendek (al-Fatihah) dalam Quran Suci: Ada empat penyangga arasy Tuhan kita, yakni, Kekuasaan, Pemurah-penyayang, Kebijaksanaan, dan Keadilan (Rabb, Rahman, Rahim, Malik Yaumiddin). Tetapi disini kita pertimbangkan delapan surat permulaan yang berkaitan dalam Quran Suci. Sebagaimana dikatakan di sana:
“Dan para Malaikat ada di sebelahnya. Dan pada hari itu delapan (Malaikat) memikul Singgasana Tuhan dikau di atas mereka”(QS.69: 17).
Dan ini digenapi pada hari penaklukan Mekkah. Analogi yang mirip dengan ini, dalam Egyptologi, bahwa pada setiap sudut-penjuru alam semesta ini ada empat malaikat yang mendukung alam semesta atau langit atau Kerajaan Ilahi. Missionaris Kristen dengan sia-sia mencoba mencocokkan para penulis Alkitab dengan jumlah dibulatkan kepada sudut-sudut Atribut Tuhan ini. Dan lihatlah omong kosong ini, bahwa Mateus sebagai lelaki, Markus sebagai singa, dan Yohanes sebagai rajawali (4), Egyptology melambangkan empat kekuatan ciptaan Yang Maha-kuasa (disebut secara kiasan putera Yang Mahakuasa), dan mereka, merasa sedih bahwa Yesus tidak berputera, karenanya menetapkan bahwa keempat penulis Alkitab adalah puteranya. Lebih masuk akal kiranya kalau dikatakan bahwa Nabi Suci kita memiliki empat putera perkasa dan yang keempat dari mereka adalah Ali, singa Tuhan. Tetapi ini hanyalah guyonan buat orang yang kekanak-kanakan. Empat sifat utama, Mencipta, Menyayangi, Bijaksana dan Adil, masingmasing dari mereka diperlukan dan dalam suatu cara adalah saling melengkapi. Mencipta tanpa kasih dan kasih tanpa kebijakan dan bijak tanpa keadilan adalah sia-sia dan tak berguna. Al-Quran tidak dimulai dengan silsilah yang kabur dari seorang tertentu ataupun ilmu geologi yang rancu dalam Surat Kejadian. Ini adalah murni (tak tersentuh oleh tangan manusia) Firman Tuhan, Yang Maha-bijaksana, Yang Mahamengetahui. Demikianlah al-Quran dimulai dengan asma-Nya yang Tepat, Ke-Maha-kuasaan-Nya dan empat Sifat-Nya yang paling mencolok yakni Kekuasaan, Kasih-sayang, Kebijaksanaan dan Keadilan.
Ini adalah Sapi, Perempuan, Elang-rajawali dan Singa dalam Egyptiologi. Mungkin seseorang dari kalian berfikir bahwa keempat atau kelima berhala dari kaum pagan dan penyembah berhala dari Mesir Kuno (apakah disembah ataupun tidak di seluruh dunia) tidak berkaitan dengan citra-ideal tinggi dari monoteisme atau Teologi Sejati. Saya tarik perhatian anda kepada rukyah Yehezkiel, nabi terkemuka dalam Alkitab. Dia, dalam sangat awal dari bukunya, menyatakan bahwa dia melihat suatu rukyah(vision) dimana dia ditangkap di Babylonia. Dia melihat perupaan dari empat makhluk hidup, dan inilah penampakan mereka:
“Keempatnya mempunyai muka manusia di depan, muka singa di sebelah kanan, muka lembu di sebelah kiri, dan muka rajawali di belakang.” (Yehezkiel 1:10).
Sekarang anda perhatikan bahwa empat patung dari batu itu menjadi masalah penting dalam rukyah seorang nabi. Seolah 7000 tahun usia Egyptologi dibenarkan oleh rukyah Yehezkiel,, yang hidup 595 tahun sebelum Kristus.
Lagi kita baca hal itu (dalam sebuah kitab seratus tahun sesudah Kristus) dalam wahyu kepada Yohanes, yang berucap:
“Aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu telah kudengar, berkata kepadaku…..Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan apa yang harus terjadi sesudah ini”
“Aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu telah kudengar, berkata kepadaku…..Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan apa yang harus terjadi sesudah ini”
“Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagiakan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan sebelah belakang. Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, Dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama Dengan burung elang yang sedang terbang” (Wahyu kepada Yohannes 4:1, 6-7).
Kata-kata “Aku akan menunjukkan apa yang harus terjadi sesudah itu” pantas dicatat. Ini mengindikasikan bahwa ini bukan kisah kuno melainkan suatu nubuatan yang harus digenapi di masa depan. Karena itu jelas bahwa Yesus tidak ada kaitannya dengan ramalan dari zaman kuno ini. Betapa menakjubkan nubuatan itu! Pertama dari semuanya, ini disiarkan ke seluruh negeri di dunia. Kedua, Piramida Mesir, keajaiban dunia yang paling mengagumkan, dari ketinggian 500 kaki berdiri selama 7000 tahun untuk memproklamirkan ramalan ini. Ketiga, wahyu kepada nabi besar Yehezkiel dan juga St. Yohannes memperjelas prediksi ini baik sebelum maupun sesudah kedatangan Yesus. Nubuatan tentang kemasyhuran, prestise, keagungan, dan kemuliaan ini dipenuhi dalam pribadi MUHAMMAD s.a.w. Piramida, Swastika, Buku Kematian, wahyu kepada nabi Yehezkiel, dan St. Yohannes, semuanya sepakat mengumumkan bahwa ada seorang yakni Horus atau Matahari yang Besar; yakni Tuhan Yang Maha-kuasa Sendiri, dengan keempat ‘putera’nya yang adalah Asma-sifat Utama-Nya, yang menciptakan alam semesta. Dalam gambar Swastika tangantangannya ini yang menciptakan apa yang di Timur, apa yang di Barat, apa yang di Selatan dan apa yang di Utara, atau apapun juga di langit dan jauh di bumi. Dalam fraseologi Quran Suci, Dia-lah Pencipta langit dan bumi. Keempat puteranya ialah keempat asma-Nya yang paling menonjol, Pencipta dan Pemelihara, Yang Maha-pemurah, Yang Maha-pengasih-penyayang, Yang memiliki hari Pembalasan(QS.1:1-3).
Swastika dalam Kitab Suci Hindu.
‘Swastika’ memancar dari tanah Piramida dan disebarkan ke seluruh dunia termasuk di India. Ini adalah tanda ‘sehat wal afiat’, rahmat-karunia dan nasib baik. Dalam Kitab Weda inilah ‘Swasti’ tetapi dalam Ramayana, Mahabharata serta kitab-kitab lain ini dalam bentuk lengkap ‘Swastika’. Bentuknya dalam bahasa Sanskerta adalah ‘Sutasti’, sehat wal afiat dan harapan baik. Pertama dari semuanya, marilah kita periksa apa yang dikatakan pakar: Sir Monier Williams dalam Sanskrit-English Dictionary menulis: Swasti berarti sehat, bahagia, penuh sukses, boleh juga diserupakan dengan, salam, sehat, suatu istilah untuk memberi salam (Swastika-Assalamu’alaika yakni ‘damai bagi kalian’ A.Haque) terutama pada pembukaan surat atau sanksi atau pujian (seperti kita berkata sallamna). ‘Swasti-kara’ nama seorang lelaki, ’Swasti karman’ menyebabkan sejahtera dan sukses, ‘Swastikar’ penyair yang menyerukan ‘swasti’ (Ramayana). Khususnya semacam palang mistis, dengan ekstremitas empat lengan yang condong memutar ke jurusan berlawanan (jarum jam). Mayoritas pakar menganggapnya suatu simbol rembulan; yakni, mewakili bentuk pemendekan roda Dewa Wisnu, terdiri dari empat jari-jari roda yang saling memotong pada sudut kanannya ada bagian yang pendek di pinggiran rodanya di tiap ujung jari-jari roda itu yang memutar ke satu jurusan untuk menunjukkan arah perputaran matahari. Di kalangan Jain (suatu sekte Hindu) ini adalah satu dari 24 tanda harapan kesejahteraan dan adalah emblem dari tujuh Arhant dari Avsarpini yang hadir (seorang pembaharu yang dijanjikan). Saling memotong dari tangan-tangannya atau tangan-tangan di dada (Mahabharata), adalah pertemuan dari empat jalan. Suatu cara duduk khusus telah dipraktekkan oleh Yogis (dimana jari-jemarinya ditaruh disela lututnya). Swasti Atreya adalah nama dari saga kuno pengarang Kitab Rig Weda, bab 50.51.
Kitab Weda umumnya dipercaya sebagai otoritas yang tinggi dalam kebanyakan sekte Hindu. Dan Rig Weda adalah, kata kisah itu selanjutnya, menciptakan tiga Kitab Weda lainnya. Ada banyak mantera ‘Swasti’ dalam Kitab Weda, saya pilih merujuk hanya bait-bait yang dipandang oleh teman maupun lawan, kaum Orientalis maupun pendeta Hindu, sebagai ambigu dan kabur. Dengan rahmat Allah saya akan ungkapkan misteri dan rahasianya.
Dalam Rig Weda ditulis: “Dewa dari kuda spiritual yang berwarna merah kecoklatan, Engkau telah bawakan dari bukit-semut seorang putera dari perawan yang belum menikah, kepada siapa semut makan. Orang buta melihat dengan jelas, ketika dia mencengkeram ular naga, dia bangkit dan memecahkan bejana; tempatnya digabungkan lagi (Rig Weda 4:19:9). Dewa dari kuda spiritual yang berwarna merah kecoklatan adalah Indra atau Surya sang matahari yang berpendar kemerahan, kita bisa mengatakan bahwa sepanjang Tuhan Yang Maha-kuasa mengizinkan sebagai kiasan, maka yang dibawa dari bukit-semut, dalam bahasa sanskerta adalah rayap.
Dewa dari kuda spiritual yang berwarna merah kecoklatan: Kuda dewa itu adalah kuda merah yang secara kiasan berarti pendar kemerahan, yakni bahwa: Dewa dari pendar kemerahan yakni Surya (Matahari). Ini adalah dewa merah di Egyptologi.
Dibawa dari bukit-semut: Dalam bahasa sanskrit ini adalah rayap atau rayap besar, secara alegoris adalah orang yang paling jahat disebut rayap pengkhianat .
Putera Perawan: Perawan berarti (a) (Tanah) yang belum diolah dan tidak produktif, (b) Tanpa dosa baik sudah menikah ataupun belum, (c)Para pakar yang tidak menjual ilmunya untuk memperoleh keuntungan dunia dan menjaga pengetahuan mereka tetap bersih-suci.
Orang buta: Dia yang dalam kegelap-pekatan, dipaksa oleh musuhnya untuk meraba-raba dan berkelana untuk mencari jalan keluar.
Naga : Adalah musuh, yang akhirnya dicengkeram.
Bejana dipecahkan, yakni dia menjadi bebas.
Tempatnya digabung lagi: Tempatnya ini yalah para sahabatnya.
Dibawa dari bukit-semut: Dalam bahasa sanskrit ini adalah rayap atau rayap besar, secara alegoris adalah orang yang paling jahat disebut rayap pengkhianat .
Putera Perawan: Perawan berarti (a) (Tanah) yang belum diolah dan tidak produktif, (b) Tanpa dosa baik sudah menikah ataupun belum, (c)Para pakar yang tidak menjual ilmunya untuk memperoleh keuntungan dunia dan menjaga pengetahuan mereka tetap bersih-suci.
Orang buta: Dia yang dalam kegelap-pekatan, dipaksa oleh musuhnya untuk meraba-raba dan berkelana untuk mencari jalan keluar.
Naga : Adalah musuh, yang akhirnya dicengkeram.
Bejana dipecahkan, yakni dia menjadi bebas.
Tempatnya digabung lagi: Tempatnya ini yalah para sahabatnya.
Dikatakan dalam bait ini: Dewa merah atau Tuhan Yang Maha-kuasa datang untuk membebaskan yang tertindas yang terjebak oleh musuhnya, meraba-raba dalam kegelapan tidak tahu jalan keluarnya, ketika musuh ditangkapnya, dia menjadi bebas dan para sahabatnya bergabung kembali.
Kini bait Kitab Weda ini mempunyai tujuh titik yang paralel dengan kisah dalam Egyptologi:
Dalam Egyptologi adalah ‘Tuhan Merah’ dan dalam Weda ini adalah Tuhan dari kuda spiritual yang
berwarna merah kecoklatan atau pendar kemerahan yakni Tuhan Yang Maha-kuasa Yang berbuat
keadilan, membawa orang yang tak berdosa dan tertindas dari jebakan musuh, dia memecahkan jebakan itu dan menjadi bebas serta para sahabatnya bergabung lagi. Suatu peringatan yang menakjubkan di sini adalah: bahwa masalah yang dibahas dalam bait Kitab Weda dan abstraksi dari gambaran Mesir Kuno ini sekali lagi dinyatakan dalam Quran Suci:
Dalam Egyptologi adalah ‘Tuhan Merah’ dan dalam Weda ini adalah Tuhan dari kuda spiritual yang
berwarna merah kecoklatan atau pendar kemerahan yakni Tuhan Yang Maha-kuasa Yang berbuat
keadilan, membawa orang yang tak berdosa dan tertindas dari jebakan musuh, dia memecahkan jebakan itu dan menjadi bebas serta para sahabatnya bergabung lagi. Suatu peringatan yang menakjubkan di sini adalah: bahwa masalah yang dibahas dalam bait Kitab Weda dan abstraksi dari gambaran Mesir Kuno ini sekali lagi dinyatakan dalam Quran Suci:
“Demi terangnya waktu siang! Dan demi malam tatkala sunyi senyap! Tuhan dikau tak meninggalkan engkau, dan tak pula Ia kecewa. Dan sesungguhnya yang belakangan itu lebih baik bagi engkau daripada yang permulaan. Dan Tuhan dikau segera akan memberikan kepada engkau, sehingga engkau menjadi puas. Bukankah Ia menemukan engkau seorang anak yatim, lalu Ia memberi perlindungan? Dan Ia menemukan engkau meraba-raba, lalu Ia menunjukkan jalan yang benar.Dan Ia menemukan engkau orang kekurangan, lalu Ia mencukupi engkau. Oleh karena itu terhadap anak yatim, janganlah engkau sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang bertanya, janganlah engkau membentak. Dan tentang kenikmatan Tuhan dikau, umumkanlah” (Q.S.S.93).
Kalajengking dan rayap menggigit dan menyengat Nabi Suci ketika ada jeda dalam turunnya wahyu. Kata-kata ini menenteramkan, Tuhan tak akan meninggalkanmu. Memang ada malam dan tetap gulita, tetapi matahari akan bersinar terang dan keadaaan mendatang pasti lebih baik dari keadaan sekarang.
Dalam Egyptologi adalah Tuhan Merah, dalam Kitab Weda adalah matahari dewa dari kuda atau kuda merah, dan dalam Quran Suci ini juga matahari ketika ini semakin bersinar. Dalam Egyptologi dalam kelopak matanya ada semak, dalam Weda ada kebutaan yang dilemparkan oleh musuh-musuhnya, sehingga dia meraba-raba dalam kegelapan. Maka Tuhan yang Maha-kuasa membawanya keluar dari bukit-semut yang penuh rayap dan kalajengking serta memberi semua yang disukainya.
Bait-bait Weda ini dan gambar-gambar dari Egyptologi sebagaimana ayat-ayat dalam al-Quran mengandung arti yang lebih mendalam. Ini adalah ramalan yang menakjubkan dari dunia baru atau bangsabangsa yang materialistis di Barat yang telah kehilangan semua perasaan tentang nilai hidup tertinggi. Kalajengking besar, ular naga sepanjang 600 kaki, dari Egyptologi, rayap yang besar-besar dan banyak, Tiamat dan Ahi, ular naga yang besar dari Weda, Behemoth, Leviathan dalam Alkitab, Tiamat dari Babylonia, Dajjal dalam kitab hadist kaum Muslim adalah serupa dalam perasaannya. Maka monster ini dari laut telah muncul. Apakah itu rayap, kalajengking, ular naga, monster, Behemoth, Leviathan, dan Keledai Dajjal adalah kejahatannya. Dan kepalanya akan diremukkan oleh Paraclete atau para pengikut sejati dari Paraclete dengan dalil yang meyakinkan dan bukti-bukti yang menentukan, yang telah dilengkapi oleh Quran Suci dengan wahyunya. Saya tak dapat mewacanakan masalah ini dengan rinci, karena hal ini akan dikaitkan dengan nubuat Nabi Ayyub.
Tertulis dalam Rig Weda: Surya(matahari) sang bijak, seperti bila tidak menikah, dengan pasangannya, dalam pertempuran dengan semangat penuh cinta bergerak menuju musuh-musuhnya. Semoga dia, yang mulia sendirinya, memberi kita satu rumah perlindungan, suatu rumah yang menjaga dari teriknya panas dari segala penjuru (Rig Weda 5:44,7).
Benar-benar bait yang membingungkan, kata para mufasir. Kesulitannya adalah: ‘Matahari sang bijak’.
Pertanyaannya adalah apakah ini dewa matahari atau seorang yang bijaksana?
Dikatakan lagi: Dia itu ‘tak menikah’ tetapi mempunyai ‘pasangannya’.
Dalam pertempuran yang penuh cinta, nampak bertentangan dengan semangat sang bijak.
Bergerak mengatasi musuh, demi maksud apa, matahari atau orang bijak?
Semoga dia, yang mulia sendirinya, tak menikah dengan seorang pasangan, pertempuran dengan
semangat kecintaan, bergerak menuju musuh tanpa suatupun tujuan yang positif, dalam pemaparan ini tak nampak kebajikan sama-sekali.
‘Berilah kita satu rumah perlindungan’. Bila ini matahari jelas tak bisa memberi anda rumah perlindungan.
Bila dia seorang bijak, maka dia akan menasehati anda. Saya bukanlah pejabat pemberi tempat tinggal, maka berdoalah kepadanya.
‘Suatu rumah yang menjaga dari teriknya panas dari segala penjuru’. Suatu permohonan yang tidak cocok ke kantor matahari. Pejabatnya akan membalikkan kepadamu dengan catatan ini: hanya panas terik yang bisa kami hadiahkan kepadamu. Kami tidak punya rumah beralat pendingin.
Anda bisa minta kepada dewa matahari, agar dia memberi anda rumah yang mencegah dari dingin yang mencekam, tetapi anda tak bisa berharap dari Agni (dewa api) menghadiahi anda dengan es krim.
Anda bisa mengatakan bahwa bait-bait ini adalah kiasan yakni Matahari adalah nama Tuhan yang Maha-kuasa, dan kita bisa berdoa mohon perlindungan, keputusan yang bijak, tetapi ini tak bersangkut-paut dengan masalah yang dipersoalkan dalam bait ini: ada matahari sang bijak, tidak menikah tetapi punya pasangan, bergerak menuju musuhnya, dan seterusnya.
Namun, bila seseorang mendesak terus untuk perkara ini, maka jawaban dari sekretaris Yang Kuasa akan menjadi: Kami telah mengaruniaimu dengan otak dan kecerdasan, maka pergilah dan bangun rumahmu sendiri.
Pertanyaannya adalah apakah ini dewa matahari atau seorang yang bijaksana?
Dikatakan lagi: Dia itu ‘tak menikah’ tetapi mempunyai ‘pasangannya’.
Dalam pertempuran yang penuh cinta, nampak bertentangan dengan semangat sang bijak.
Bergerak mengatasi musuh, demi maksud apa, matahari atau orang bijak?
Semoga dia, yang mulia sendirinya, tak menikah dengan seorang pasangan, pertempuran dengan
semangat kecintaan, bergerak menuju musuh tanpa suatupun tujuan yang positif, dalam pemaparan ini tak nampak kebajikan sama-sekali.
‘Berilah kita satu rumah perlindungan’. Bila ini matahari jelas tak bisa memberi anda rumah perlindungan.
Bila dia seorang bijak, maka dia akan menasehati anda. Saya bukanlah pejabat pemberi tempat tinggal, maka berdoalah kepadanya.
‘Suatu rumah yang menjaga dari teriknya panas dari segala penjuru’. Suatu permohonan yang tidak cocok ke kantor matahari. Pejabatnya akan membalikkan kepadamu dengan catatan ini: hanya panas terik yang bisa kami hadiahkan kepadamu. Kami tidak punya rumah beralat pendingin.
Anda bisa minta kepada dewa matahari, agar dia memberi anda rumah yang mencegah dari dingin yang mencekam, tetapi anda tak bisa berharap dari Agni (dewa api) menghadiahi anda dengan es krim.
Anda bisa mengatakan bahwa bait-bait ini adalah kiasan yakni Matahari adalah nama Tuhan yang Maha-kuasa, dan kita bisa berdoa mohon perlindungan, keputusan yang bijak, tetapi ini tak bersangkut-paut dengan masalah yang dipersoalkan dalam bait ini: ada matahari sang bijak, tidak menikah tetapi punya pasangan, bergerak menuju musuhnya, dan seterusnya.
Namun, bila seseorang mendesak terus untuk perkara ini, maka jawaban dari sekretaris Yang Kuasa akan menjadi: Kami telah mengaruniaimu dengan otak dan kecerdasan, maka pergilah dan bangun rumahmu sendiri.
Dengarkanlah dariku penerjemahan yang masuk akal dari bait-bait ini: Matahari yang bijak bukanlah benda langit yang penuh gas. Dia seolah tidak menikah tetapai mempunyai pasangan. Seorang Muslim yang sempurna pada waktu berpuasa. Dia dalam pertempuran dengan semangat kecintaan. Pertempuran ini adalah melawan dirinya sendiri terhadap nafsu rendah, melawan pasukan kejahatan, kemesuman, ketidak-adilan dan kerusakan moral. Pertempuran ini membutuhkan barisan yang tangguh, latihan untuk menciptakan kemauan yang keras, disiplin, pengendalian, pemeriksaan ketat, karenanya, dia melewatkan sepanjang hari dalam panas terik dari segala penjuru, tanpa makan dan minum, dia memiliki pasangan cantik di sampingnya, tetapi sepanjang hari seolah dia tidak menikah, segala macam minuman pelepas dahaga dia punya, dan tak ada kelangkaan makanan yang lezat cita rasanya, tetapi dia tidak makan dan minum, karena Tuhannya telah melarangnya dan dia memiliki keyakinan teguh bahwa Dia melihatnya dan dia itu di hadapan Tuhannya sepanjang hari. Dia menyusun perispan untuk memerangi pasukan iblis, dan dia bergerak menuju musuh-musuhnya. Hadiahilah kami suatu rumah perlindungan! Dia mohon perlindungan, suatu tempat suci, suatu pengamanan terhadap Setan dan perbuatan jahatnya. Suatu rumah yang menjaga dari teriknya matahari dari segala penjuru? Rumah itu bukanlah bangunan dari batu atau bata, tetapi rumah itu adalah agama sempurna yakni Islam, barangsiapa yang masuk ke dalamnya pasti akan selamat. Yakni al-Quran yang penganugerahannya terjadi pertama pada bulan ramadhan, bulan panas terik dari segala penjuru (terjemahan kata asli dari Ramadhan). Dalam Egyptologi, ‘Horus’ (matahari yang dijanjikan) dalam bulan ini mengikat dan menelikung Sut dan Sab (Setan) dengan rantai. Dan ini adalah tempat berlindung serta rumah berpendingin yang mengusir panas teriknya neraka baik di dunia maupun di akhirat. Maka, para saudaraku yang beragama Hindu, masuklah dalam rumah yang ditandai Swastika ini dan anda akan selamat. Jangan salahkan atau takut kalau seorang muslim mengundang anda, karena ini adalah orang suci yang bijaksana milikmu sendiri dalam Weda yang menghimbau anda agar masuk dalam suaka perlindungan Islam ini.
“Di dalammu, O terang benderang seperti Mitra (matahari), Vasus (pendar cahayanya), duduklah kekuatan dari Asura (orang bijak) karena mereka cinta kepada semangatmu. Engkau telah mengusir Dasyus (putera kegelapan) dari rumah mereka, O Agni (pribadi yang memberi cahaya) dan membawa cahaya yang luas untuk menerangi bangsa Arya” (Rig Weda 7:5:6).
Baik kawan maupun lawan mengakui, bahwa bangsa Arya mengusir penduduk asli India dari tanah-airnya. Mereka menamainya Dasyus, sebagai perampok, pencuri, dan putera kegelapan dan sebagainya serta memperlakukan mereka sebagai kriminal. Tetapi bait-bait ini memberi kita suatu penerangan yang luas atas pertanyaan kritis ini. Jelas bahwa putera kegelapan tidak menyukai cahaya. Sewajarnya, mereka adalah musuh cahaya dan ingin memadamkan cahaya. Karenanya tak bisa dipersalahkan atau tidak adil kalau dewa cahaya itu mengusirnya dari rumahnya. Tidak, mereka sendiri lari dari rumahnya yang gelap untuk memadamkan cahaya dan melenyapkannya. Untuk memahami terjemahan yang benar dari bait-bait yang membingungkan ini bacalah ayat berikut dari Quran Suci:
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, dan setelah api menerangi sekelilingnya, Allah mengambil cahaya mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan –
mereka tak dapat melihat” (Q.S. 2:17).
mereka tak dapat melihat” (Q.S. 2:17).
Bait dari Weda menunjukkan: Di dalammu, O terang benderang seperti Mitra atau matahari, pendar-pendar cahayanya (yakni para pengikutmu), duduk melingkar, seperti orang-orang bijak yang belajar darimu karena mereka mencintai semangatmu. O Agni, yang menyalakan api, engkau telah mengusir Dasyus (putera kegelapan) dari rumahnya. Orang yang menyalakan api ini adalah dewa Agni yang terpuji, Nabi Suci s.a.w.(Bukhari 81:26). Ada kegelapan di sekitar. Ketika dia menyalakan api, ini bersinar di sekelilingnya, karenanya, putera kegelapan, bingung dan buta, keluar dari rumah mereka seperti laron, dan menyerbu api, serta membakar dirinya sendiri. Sebaliknya ada orang-orang baik yang memetik manfaat dari cahaya itu. Sesungguhnya, cahaya yang luas ini adalah untuk menerangi bangsa Arya. Kata-kata bijak dalam Weda itu telah digenapi dengan segala cara. Kami kaum muslim di sub-benua India, 30 hingga 35 juta, telah menyaksikan kebenaran dari nubuatan yang menakjubkan ini, dan penulis buku ini adalah satu diantaranya, mengajak saudara-saudaranya yang masih meraba-raba dalam kegelapan. Alhamdulillah! diberkahilah mereka yang berjalan dalam cahaya.
NUBUATAN YANG UNIK DAN MENAKJUBKAN : MATAHARI DI TENGAH MALAM.
Dinyatakan dalam Quran Suci:
“Salam! hingga terbitnya fajar” (Q.S. 97:5).
Dan di dalam Kebijaksanaan Kitab Weda:
“Paling bijak adalah dia, membuka paksa pintu-pintu Panis, membawa matahari yang benderang kepada kita, dia yang memberi makan banyak orang, pendeta yang ceria, sahabat sesama dan kawan serumah melalui kegelapan malam yang masih ada, dia membuatnya nyata”(Rig Weda 7:9:2).
Dalam kelanjutan perbincangan sebelumnya dari baris-baris Weda, bacalah yang satu ini. Hanya ada satu bundel yang mesti diurai yakni: “Siapakah yang mebuka-paksa pintu Panis dan membawa matahari yang benderang? Siapakah Panis itu? Panis, seperti Dasyus, adalah musuh bangsa Arya, seperti dinyatakan berulang kali dalam Rig Weda. Ini juga sering kali dikisahkan bahwa mereka mencuri sapi dan menyembunyikannya di pegunungan, dan Indra dengan bantuan matahari menemukannya serta membawanya kembali. Nirukta, komentar singkat Kitab Weda, berkata: Panis adalah rentenir tetapi Weda mendekritkan bahwa mereka harus dibakar (Nirukta 6:26). Bait-bait ini jelas kabur, kata komentator. Sekarang, dengarkanlah tafsiran yang masuk akal dari saya: Panis adalah Bani’s (Bani Israil) dan mereka itu suku bangsa yahudi. Mereka tak pelak lagi adalah pelepas uang dan mereka juga percaya bahwa wahyu Ilahi itu hanya monopoli bani Israil. Sekarang terjemahan yang benar dari bait-bait ini adalah pada kebijakan ini:: Sungguh bijak dia yang membuka paksa dan memecahkan pintu-pintu Bani Israil serta membawa matahari ini kepada kita (yakni Nabi Suci), yang membawa roti ruhani kepada semua orang; dia itu pendeta ceria atau Pembimbing spiritual yang baik, sahabat sesama dan pemberi harapan baik kepada umat manusia, yang masih dalam kegelapan diberi cahaya yang nyata".
Sekarang tiba pada pertanyaan ‘Panis mencuri sapi’. Sapi dalam Weda mempunyai macam-macam arti; satu di antaranya adalah pembicaraan atau wahyu Ilahi. Karenanya, Panis mencuri sapi berarti: Mereka menyembunyikan kebenaran dan petunjuk Tuhan, sebagaimana yang dinyatakan berulang-kali dalam Quran Suci. Maka penalaran dari baris-baris ini adalah bahwa ini suatu nubuatan bahwa Panis atau banis telah mengunci dan menyembunyikan kebenaran, tetapi Tuhan yang paling bijaksana memecah pintu-pintu mereka dan membawakan matahari ketulusan bagi pedoman umat manusia. Tepat seperti matahari fisik menyiapkan bagi kita makanan dan buah-buahan, seperti itu pula matahari ruhani membawakan roti spiritual bagi semuanya. Dia adalah harapan baik bagi seluruh umat manusia. Hal yang pantas dicatat dari sini adalah bahwa matahari ini pemunculannya pada waktu malam masih sunyi dan gelap. Ini diungkap dalam bait Weda (Rig Weda 7:9:2) begitu pula dalam Quran Suci: “Demi langit yang datang pada waktu malam!”(86:1).
Bandingkanlah ini dengan bait-bait Weda. Langit disebut sebagai sebagai saksi. Pendatang pada waktu malam tiba dan mendapati pintu tertutup, dia mengetuk, kemudian membuka-paksa pintu. Dia datang pada saat gelap pekat melingkupi seluruh dunia. Bait-bait Weda menunjukkan bahwa dia membawa terangnya matahari kepada kita, sebagaimana diterangkan oleh ayat Quran Suci:
“Dan apakah yang membuat engkau tahu apakah yang datang pada waktu malam itu? (Yaitu) bintang yang mempunyai sinar tembus” (86: 2-3).
Bait-bait dalam Weda adalah saksi dari langit yang memberi kebijakan kepada pakar dunia dari setiap agama bahwa Tuhan yang paling bijaksana telah mengirim utusan-Nya pada waktu malam ketika pintupintu Panis (atau mereka yang hanya melihat hari ini dan bukan esok) ditutup. Dia mengetuk dan mengetuk, kemudian membuka-paksa pintu. Dia juga datang dengan sarapan ruhani bagi seluruh dunia. Dia ceria dan harapan baik bagi seluruh kemanusiaan. Lebih dari itu, dia tak pernah mengatakan bahwa dia itu Tuhan atau putera Tuhan. Dia berkata: Saya kawanmu, saya sahabatmu. Dia datang tepat pada saat yang diramalkan dalam Weda, diperkirakan oleh Yesus dalam perumpamaan sepuluh perawan (mateus 25:1). Temanku yang baik, pengikut agama apapun di dunia, renungkanlah ini dan bercerminlah atasnya. Nabi Suci itu utusan yang buta-aksara dari Tuhan, dia tak pernah membaca Weda, atau mempunyainya, atau mengenalnya. Tetapi seluruh bait-bait Weda ini seperti pintu yang terkunci, mustahil dibuka tanpa seorang juru-kunci yang cerdas dan murni dan kunci ini ada di Quran Suci dan tak ada juru-kuncinya kecuali Nabi Suci. Bacalah setiap terjemahan dari Weda yang anda sukai, anda akan tiba pada kesimpulan bahwa bait-bait ini kabur dan membingungkan. Dengan diterangi al-Quran anda akan temukan kebijaksanaan di dalamnya, ketika kegelap-pekatan meliputi seluruh bangsa-bangsa di dunia, satu matahari pemberi cahaya datang dan mengetuk pintu dunia yang sedang nyenyak. Adalah suatu tanggung-jawab yang dibebankan kepadanya untuk mereformasi kemanusiaan, dan dia mencari pertolongan Tuhan melalui doa kepadaNya, doa yang paling efektif adalah salat di waktu malam, ketika dunia sedang tidur.
Di dalam Rig Weda banyak bait-bait tentang Swasti. Dari sini, beberapa telah saya sentuh. Bab 64 dari Kitab ke sepuluh Rig Weda memiliki 17 bait dimana sifat Nabi Suci kita disebut; tetapi saya begitu terbatasi oleh singkatnya waktu sehingga adalah tidak adil untuk memetiknnya dan kemudian menghela nafas atas tema dan tesis yang indah ini. Namun, di sini saya sajikan beberapa petikan dari obat pemberi kehidupan ini.
Di sini beberapa kata penutup tentang Swastika:
Swastika adalah semacam salam atau doa untuk perdamaian.Ini di dalam pilihan kata agama Islam yakni
‘Assalamu’alaika’ sebagaimana dikutip di atas, yang berarti ‘Semoga damai bagimu’ (5).
‘Swastikar’ adalah seorang yang mengucapkan perdamaian, dan ini adalah seorang muslim sempurna.
Swastika adalah lambang dari perputaran matahari, (rancangan Islam) damai bagi seluruh penjuru bumi. Ini bukanlah suatu agama dari bangsa atau negeri tertentu.
Ini adalah suatu nubuatan simbolis akan datangnya matahari atau matahari besar dalam suasana spiritual.
Ketika seorang muslim melaksanakan salatnya, dia membuat gambaran Swastika (damai) di dada atau hatinya, yakni, saya adalah sumber perdamaian bagi seluruh kemanusiaan.
Ketika dia menyelesaikan salatnya, dia berkata Assalamu-alaikum wa rahmat-Allah wa barakatuhu,
Swastika (damai dan rahmat serta berkah Tuhan) bagi dunia sebelah kanan; lalu damai dan rahmat serta berkah Tuhan bagi dunia sebelah kiri.
‘Assalamu’alaika’ sebagaimana dikutip di atas, yang berarti ‘Semoga damai bagimu’ (5).
‘Swastikar’ adalah seorang yang mengucapkan perdamaian, dan ini adalah seorang muslim sempurna.
Swastika adalah lambang dari perputaran matahari, (rancangan Islam) damai bagi seluruh penjuru bumi. Ini bukanlah suatu agama dari bangsa atau negeri tertentu.
Ini adalah suatu nubuatan simbolis akan datangnya matahari atau matahari besar dalam suasana spiritual.
Ketika seorang muslim melaksanakan salatnya, dia membuat gambaran Swastika (damai) di dada atau hatinya, yakni, saya adalah sumber perdamaian bagi seluruh kemanusiaan.
Ketika dia menyelesaikan salatnya, dia berkata Assalamu-alaikum wa rahmat-Allah wa barakatuhu,
Swastika (damai dan rahmat serta berkah Tuhan) bagi dunia sebelah kanan; lalu damai dan rahmat serta berkah Tuhan bagi dunia sebelah kiri.
Saudaraku yang terkasih, bila anda dengan baik-baik mau mendengar dengan kecerdasan penuh, anda akan menyadari bahwa di setiap bibir seorang muslim bila bertemu dengan orang lain dia selalu mengucapkan Swastika (damai atas kalian!). Bila mereka mendekat, mereka berangkulan satu sama lain yakni membuat Swastika (damai) dengan ada dan hatinya sambil berkata salaman salama (Saya menyampaikan damai kepada anda dan saya dalam damai dengan anda. Islam adalah semantik yang bersinar dari Swastika (damai), agama seorang muslim yakni Islam atau damai; dia adalah seorang muslim (pencinta damai); Tuhannya bernama Al-salam (sumber perdamaian). Betapa dia seorang Pangeran Perdamaian, karena agamanya summum bonum adalah “Damai dengan Tuhan dan damai dengan sesama”. Inilah swastika yang murni, Matahari Bersinar yang akan tiba, dinubuatkan oleh semua nabi di dunia, yang mengumumkan, bahwa “Seluruh Nabi-nabi dari bangsa yang berlain-lainan adalah bersaudara”. “Wahai Nabi, Sesungguhnya umat kamu ini, umat satu”(Q.S. 21:92). Apakah ini emblem dari matahari, yang bersinar ke seluruh dunia, atau salam atau ucapan salam di bibir atau ditulis sebagai pembukaaan surat, seperti yang ditulis Sir Monier Williams dalam kamusnya. Ini adalah simbol dengan empat tangan, yang menunjukkan damai ke seluruh dunia, sesungguhnya inilah Islam dan Nabi Islam, sebagaimana telah dibuktikan dengan dalil-dalil. Keempat tangan dari Swastika bertemu di pusat atau titik sentral dalam segitiga di puncak piramida (satu keajaiban dunia yang unik) yang menunjukkan ‘Horus’ mempunyai 60 asma dalam dirinya. Tanpa sedikitpun keraguan ini pasti Nabi Islam. Islam adalah suatu antologi antar-agama, suatu benang merah yang menghubungkan agama-agama, suatu jembatan panjang tempat bertemu segenap orang-orang bijaksana di dunia, suatu kamus lengkap dari segenap kitab-kitab suci, suatu stasiun yang berlimpah dimana kereta-api datang dari Timur, Barat, Utara dan Selatan serta para penumpang dari keempat penjuru dunia berkumpul bersama.Ada gedung rumah makan raksasa di dalamnya dan di mejanya, tergelar makanan yang penuh gizi dan lezat dari langit atas pesanan para penganut serta doa Yesus sendiri. Di sini ada menu, piring-pring India penuh dengan Dal Bhat Weda, dibumbui dengan Swastika yoghurt, panggang ayam Buddhi Cina di Dhammapada yang berminyak, Daging murni bagi Yahudi, dibumbui dengan brambang dan bawang dalam minyak zaitun, bagi kaum Majusi ada podeng beras dengan susu sapi. Ada juga berpiring-piring Mush yang dibumbui dari Buku Kematian Mesir Kuno.(6).”Di sana mereka akan memperoleh apa yang mereka inginkan, dan di hadapan Kami ada tambahan lagi”(Q.S. 50:35). Masuklah dalam Gedung Swastika ini atau Balai Perdamaian (yakni Islam) pada pertemuan luar biasa bagi segenap pengembara dunia ini. taK ada pembatasan bagi kasta Brahma, Ksatrya, Waisya, Sudra. Israil, non-Israil, hitam atau putih, kasta tinggi atau rendah. Tak akan pernah ada perkataan kepada seorangpun jua: “Kamu anjing, tak ada roti bagimu”(Matius 7:6, 15:27, Markus 7:27, Isaiah 56:10, Phil.3:2).
Semua dengan senang hati diundang dan dilayani dengan sangat memuaskan,
Dan di sana Swastika, damai dan berkah Tuhan bagi semuanya,
Dan salam damai bagi semuanya (Assalamu’alaikum).
Dan di sana Swastika, damai dan berkah Tuhan bagi semuanya,
Dan salam damai bagi semuanya (Assalamu’alaikum).
Damai dengan Tuhan Yang Maha-kuasa, dan damai dengan umat manusia, agama dari seluruh orang bijak di dunia dan agama bagi kemanusiaan seluruhnya.
MUHAMMAD DALAM SILABUS MISTIK ‘KITAB ORANG MATI’, SIAPAKAH HORUS?
Horus, yang digambar di pusat suatu segitiga di atas penjuru Piramida Gizeh di Mesir, adalah Matahari yang besar. Seperti halnya gambar Swastika menunjukkan bahwa itu adalah titik pusat dimana empat tangan dari Swastika bertemu atau saling menyilang. Pusat ini adalah Tuhan Yang Maha-kuasa, tak diragukan lagi, Yang keempat tangannya digambarkan sebagai ‘putera’nya, Yang menciptakan alam semesta ini lengkap sempurna. Tetapi ada beberapa gambar, yang menunjukkan Horus sebagai orang pertama dewa-manusia. Dia adalah Matahari dan dia juga lelaki yang menunjukkan bahwa dia adalah lakilaki yang mencelupkan diri dalam warna Allah, dengan sangat khusyuk berbakti kepada-Nya. Seperti matahari sebagai cermin, demikianlah dia mewarnai dirinya dengan asma-Nya sebesar mungkin yang bisa dicapai manusia. Karena itu seluruh kerajaan Ilahi hanya satu Nabi yang dinamai Tuhan Sendiri sebagai matahari:
“Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami mengutus engkau sebagai Saksi, dan pengemban kabar baik. dan sebagai juru ingat. Dan sebagai orang yang mengajak kepada Allah dengan izin-Nya, dan sebagai matahari yang menerangi” (Q.S. 33:45-46).
Sama seperti matahari yang terbit dan semua kegelapan menyingkir, begitu juga, Nabi Suci dibangkitkan kepada kenabian, kegelapan jahiliyah menyingkir dari negeri. Sebagai ganti ‘Wadd’ dan sebagainya (banteng, lelaki, singa dan elang-rajawali), diproklamirkan: “Tidak ada Tuhan selain Allah”. Dan gambargambar dalam Egyptologi, Manusia laki-laki, Sapi, Elang dan Singa, atau Adam, Aryih, Shor dan Neshar dari Alkitab dengan benar ditafsirkan oleh Tuhan, Yang Maha-pemurah, Maha-pengasih dan Yang memiliki Hari Pembalasan, atau, dengan perkataan lain, Maha-kuasa, Maha-pengasih Bijaksana dalam kasih sayang dan Maha-adil. Ini adalah empat sifat yang paling menonjol dari Tuhan yang pada suatu saat diberikan kepada dewa dari batu tetapi sekarang direstorasi kepada Allah Yang-esa dan Maha-kuasa. Dan diproklamirkan: Ini adalah Tuhan Yang tidak berputera, dan Dia Sendiri tidak diputerakan. Dia-lah Yang Esa, tetapi ke-Esa-an-Nya tidak berarti satu dari seri bilangan. Dia bukanlah satu dari kalkulasi, karena nomor satu, dua, tiga dan seterusnya mempunyai pecahan 1/2,1/3 dan seterusnya dan sebagainya. Keesaan Tuhan ini tidak seperti kesatuan United States of America, yang terbagi terbagi dalam sejumlah states yang lebih kecil. Ke-Esa-an Tuhan menurut Islam dan orang yang rasional adalah Tuhan Yang-esa saja, tidak berputera, tak berbapak, dan tak ada ibu dari Tuhan, dan tak ada suatupun yang menyerupai-Nya yang tinggal di rumah yang cuma satu. (Q.S. Surat.112).
Sekarang tibalah pertanyaan tentang Horus sang matahari atau tuhan dari banyak bangsa di dunia. Suatu argumen yang sangat berkesan diberikan oleh Sulaiman yang agung kepada Ratu Sheba dan ini adalah peringatan yang kuat kepada Freemanson yang sangat mengagumi Sulaiman. Ya, Ratu Sheba datang mengunjungi Sulaiman. Dia adalah penyembah matahari. Karena bangsa Mesir kuno adalah penyembah matahari dan percaya bahwa matahari adalah pencipta pemelihara dan sebab pertama dari hujan dan kesuburan, maka singgasana Ratu dihias dalam penyembahan kepada matahari. Sulaiman membuatkan baginya suatu jalanan dari kaca, dengan air mengalir di bawahnya. Ketika Ratu sampai ke jalan setapak itu dia terkejut dan gugup bagaimana caranya berjalan di situ yang mesti melewati air yang melimpah-ruah. Melihat hal ini Sulaiman berkata:
“Sesungguhnya istana itu berlantaikan kaca yang licin” (Q.S. 27:44).
Jadi dia meyakinkannya, bahwa Tuhan itu kekuatan sesungguhnya dibalik segala bahasa simbol yang digambarkan di singgasananya.
Jadi Horus kedua, atau Ra, bukanlah pencipta alam semesta; Perancang sesungguhnya di belakang ini adalah Tuhan. Tetapi, karena dalam fenomena alam ini matahari merubah cuaca dan menurunkan hujan, cahaya, kehidupan, menjadi makhluk hidup namun sesungguhnya tunduk kepada hukum alam dan diciptakan oleh Tuhan Yang Maha-kuasa, maka, serupa dengan ini, ada satu matahari ruhani yang disebut dalam ilmu Mesir Kuno ‘Horus’. Misionaris Kristen memproklamirkan bahwa dia adalah Kristus. Kita tidak berprasangka kepada Yesus. Kaum muslim beriman kepadanya, dan mengaguminya dari lubuk hatinya. Tetapi pertanyaannya adalah: Adakah suatu klaim dalam keempat Injil bahwa Yesus sendiri mengatakan: ‘Akulah matahari alam semesta ini!’? Kata Yesus,’Akulah terang dunia’, sama dengan perkataannya yang lain,’Kamu adalah terang dunia’(Matius 5:14), dan ‘Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik’(Matius 5:16).
Dia adalah bintang timur, yang terbit di cakrawala untuk memberi kabar baik bahwa hari terang segera tiba. Bandingkan dengan Cruden’s concordance: Bintang timur, yang mendahului terbitnya matahari, diberikan sebagai rancnagan (Wahyu 2:28). Bintang sebagai orang bijak ini adalah subyek yang banyak diwacanakan (Matius 2:2).
Matahari adalah obyek sesembahan dan pujaan di sebagian besar dunia. Bangsa Phunisia menyembahnya dengan nama Baal, kaum Moab sebagai Shemosh, kaum Amonites dengan nama Moloch, dan Bani Israil dengan nama Baal, raja pemilik langit. Ini disembah tiga kali sehari sebagai Dewa Surya di India (1), sama dengan yang disembah kaum Majusi, sebagaimana di Mesir kuno dan di semua negeri dan agama lainnya. Ada ramalan dalam semua kitab suci, bahwa matahari yang besar akan nampak di cakrawala dunia ruhani.
Suatu kitab suci kuno “Buku Orang Mati” seperti yang kita mengenalinya, tidak ditulis berbentuk aksara. Dalam studi penulisan adalah penting untuk diingat, bahwa adalah pengertian yang paling luas, ini termasuk baik tulisan ideografis maupun fonetis. Tulisan ideografis terdiri dari penggunaan lambang yang mewakili obyek yang kelihatan atau ide yang terkait dengan obyek tersebut.
Kemungkinan besar tulisan yang pertama itu benar-benar ideografis. Dalam bahasa populer maka istilah ‘menulis’ terbatas pada menulis alfabetis. Bila kita bicara mengenai tulisan Mesir kita jangan lupa bahwa dalam masalah penulisan ini berarti sesuatu yang agak berbeda dengan yang biasa kita fahami. “Buku Orang Mati” dari Mesir Kuno adalah lambang ideografis, arti tepat dari simbol ini sulit dimengerti.
Perumpamaan dari bayangan khayali ini adalah: Bahwa beberapa orang dengan selera dan profesi berbeda duduk di sebuah sudut taman. Suara seekor burung mainan sampai kepada mereka. Atas hal itu seorang muslim berkata, Lihatlah di sini, bahkan burung-burung memuji Penciptanya. Mereka bernyanyi, ‘Terpujilah Yang Maha-terpuji’ ‘Terpujilah Yang Maha-terpuji’. Seorang yang lain dari kepercayaan Hindu, dia berkata: ‘Dia menyanyikan Rama, Sita, Dashrat; Rama, Sita, Dashrat. Orang ketiga, yang berkaitan dengan suatu jabatan Kristiani meng-klaim, Dia menyanyi, Matius, Lukas, Markus; Matius, Lukas, Markus. Sahabat keempat, yang menjadi pedagang besar, berteriak: tidak, dia mendendangkan, berambang, bawang, wortel; berambang, bawang, wortel. Orang kelima dari mereka yang adalah penjual rokok, dia berseru sekeras-kerasnya, Dia bersiul,’Korek-api, cerutu, rokok; korek api, cerutu, rokok.
Orang keenam yang seorang pegulat berteriak, Kalian semua salah. Dia memuji, hidup Hercules; hidup Hercules.
Seperti inilah kasus Egyptologi. Pertama dari semuanya adalah nama kitab ini. Beberapa pakar membaca namanya “PAR-M-HRU” dan menerjemahkannya PAR(datang) HRU(hari) M(dari) yakni:’Dari hari yang akan datang’. Atas hal ini Dr.Pleyte berkata: Ini salah, ini berarti ‘Memancar keluar dari hari’ dan Egyptologis Bruch Bey menerjemahkan ini ‘Kitab keluaran dari hari’. Setelah itu seorang pakar Lefedure Maspro dan Reno menafsirkannya ‘Datang memancar dari hari’. Atas hal ini James Churchward menulis dalam bukunya, “Lost Continent of Mu”(hal.108) pembacaannya seharusnya adalah “PAR-MU-HRU”, PAR(datang), HRU(matahari), Mu(yakni, Datangnya matahari Muhammad).
Saya telah memperbincangkannya panjang lebar dalam makalah ini bahwa dalam Kitab Weda, Alkitab dan kitab suci Buddhis maka silabus (kata singkatan) mistik OM, Ma-ra-natha, Emet dan Maitreya penuh mengandung ‘M’ yang Perkasa yakni Muhammad. Beberapa menyimpulkan: Ada dua ‘M’, dan yang lain mengira di sana ada tiga ‘M’ (dalam Muhammad) sesuai dengan cara penulisannya.
Nubuatan kuno lainnya yang berusia tujuhpuluh ribu tahun tentang kedatangan Nabi ‘MU’.
Suatu ramalan yang lebih antik dari nubuatan ‘Swastika’ telah disebut dan usianya ditaksir tujuhpuluh ribu tahun. Ini adalah suatu gambar simbol, bagian luarnya sebuah perisai, di bawahnya satu matahari dengan delapan pendar cahayanya serta satu lingkaran kecil, di pusatnya emblem dari kekuasaan universal. Perlambang ini bermakna, “Kerajaan matahari dengan delapan cahaya yang jatuh ke seluruh umat manusia” (The Lost Continent of ‘MU’ oleh Churchward, hal.123, New York , 1950.
Ini adalah penafsiran yang tidak lengkap dari nubuatan simbolis itu.
Silahkan membaca maknanya berikut ini dari lambang yang sama:
Silahkan membaca maknanya berikut ini dari lambang yang sama:
Pertama dari semuanya ada perisai atau pelindung, yang berarti perdamaian dan ketenteraman, yakni Islam atau wahyu yang diterima Muhammad.
Matahari dengan delapan pendar cahayanya, ada delapan huruf dari Muhammad yaitu matahari
(Muhammad) terdiri dari delapan pendar cahaya.
Nubuatan ini berkaitan dengan ‘MU’ (Muhammad).
Lingkaran kecil menunjukkan seluruh bumi.
Emblem pusat dari kekuasaan universal.
Nomor 4 dan 5 berarti bahwa kenabian ‘Mu’ itu bukannya berdasar kesukuan atau kebangsaan tertentu, tepat seperti matahari dan cahayanya yang bermanfaat bagi seluruh umat manusia.
Matahari dengan delapan pendar cahayanya, ada delapan huruf dari Muhammad yaitu matahari
(Muhammad) terdiri dari delapan pendar cahaya.
Nubuatan ini berkaitan dengan ‘MU’ (Muhammad).
Lingkaran kecil menunjukkan seluruh bumi.
Emblem pusat dari kekuasaan universal.
Nomor 4 dan 5 berarti bahwa kenabian ‘Mu’ itu bukannya berdasar kesukuan atau kebangsaan tertentu, tepat seperti matahari dan cahayanya yang bermanfaat bagi seluruh umat manusia.
Nubuatan ini dipancarkan dari benua Mu yang tenggelam dan hilang di lautan Pasifik dekat kepulauan Fiji. Benua yang dikisahkan itu hilang di kedalaman lautan yang dalam tetapi dia telah menyimpan cadangannya ke negeri tetangga sebelum ditelan banjir. “Bahwa seorang nabi besar akan datang dan menerangi seluruh bumi dengan delapan pendar cahayanya (jumlah huruf dari namanya)”. Ini adalah fakta nyata bahwa kenabian Muhammad diproklamirkan dari setiap menara masjid di seluruh dunia. Ini terang benderang bak matahari.
Maka terdapat enampuluh asma dari matahari itu yang diramalkan dalam “Buku orang mati” yang dengan jelas menunjukkan kedatangan dari Nabi Islam. Misionaris Kristen secara salah berusaha memaksakan sebagian dari asma ini kepada Yesus Kristus. Meskipun simbol dan pertanda itu sebagian besarnya bersifat perumpamaan, artinya tidaklah membingungkan. Di sinilah semua dari mereka itu:
Catatan: Sebelum saya perbincangkan enampuluh aspek dari Horus, saya akui bahwa tanda dan gambar itu kebanyakan sangat sulit, maka saya tidak mengambil-alih tanggung jawab bahwa terjemahan ini pasti benar. Saya bersandar hanya pada bacaan para ahli ilmu Mesir Kuno. Saya sangat berhutang budi kepada Mr. Albert Churchward, dari Freemanson, penulis buku Sign and Symbols of Primordial Man. Kutipan ini diberikan dari bukunya.
1. Masa Kanak-kanaknya.
Dalam “Kitab Orang Mati” bab 58, Horus ditunjukkan bahwa dia dikhitan dan dengan jatuhnya tetesan darah. Khitan adalah perjanjian Tuhan dengan Ibrahim dan begitu penting dalam pandangan Tuhan sehingga, ketika Musa menunda khitanan puteranya, maka Tuhan Allah begitu marahnya, sehingga nyaris dia bunuh nabi besar itu. Lalu Zipora(isteri Musa) mengambil sebuah pisau batu, dan memotong kulup (kulit penis) puteranya dan kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa. Sakit Musa mereda dan segera dia sembuh sehat kembali (Keluaran 4:24-26). Dan ketika bani Israil tidak menjalankan sunat, mereka tidak diberi kekuatan oleh Tuhan guna menaklukkan Tanah Yang Dijanjikan (Yoshua, 5:3). Tetapi secara kiasan khitan berarti “Berikrar hanya mengabdi kepada Tuhan Yang-esa”. Keesaan Tuhan dan beribadah kepadanya saja, adalah inti-sari ajaran Muhammad, yang tidak saja dikhitan melainkan seorang utusan yang tekun dalam menyampaikan keesaan Ilahi.
2. Ibu yang besar dengan banyak puting payudara.
Ini adalah kata-kata penting dalam Egyptologi. Nama ibu ini yalah ‘Kat’. Dan selalu dihubungkan dengan ‘Isis’ yang “banyak putingnya atau banyak susunya”(2). ‘Mekkah’ dalam bahasa Arab berarti ‘Payudara seorang ibu’. Kota ini adalah ibu dari Nabi Suci, begitu pula Induk dari semua bangsa-bangsa; karena itu nama keduanya adalah Umm al-Qura, ibu dari bangsa-bangsa. Secara kiasan, dia adalah ibu yang banyak payudaranya atau banyak putingnya, ibu sejati dari seluruh dunia (Q.S. 6:93).
3. Pada usia kenabiannya.
“Pada waktu kelahiran Horus seekor kalajengking yang sangat kuat menyengatnya”. Ada dua kelahiran dari setiap nabi, satu dari ibunya dan satu dari Tuhan. Pada kelahiran keduanya ketika Nabi Suci kita dibangkitkan kepada kenabiannya maka kalajengking (musuh)nya sangat kuat dan menyengatnya dengan sangat parah.
4. Usia kehidupannya dinyatakan duabelas tahun.
Sesungguhnya duabelas tahun kehidupan Nabi Suci kita di Mekkah adalah keras dan berbahaya dan ada kalajengking di seluruh negeri.
5. Horus dirancang dengan ‘Semangat Benih’.
Di tengah musuh yang menyengat terus-menerus, dia akan tumbuh dengan cepat dan mantap. Agamanya seperti benih muda di tangkainya. Seperti dinyatakan dalam Quran:
“Itulah gambaran mereka dalam Taurat, dan gambaran mereka dalam Injil; bagaikan benih yang mengeluarkan tunasnya, lalu menguatkan itu, maka jadilah itu kuat dan berdiri dengan teguh di atas batangnya, yang menyenangkan bagi para petani” (Q.S. 48:29).
6. Dikatakan, “Dia itu kawannya ikan”.
“Maka nantikanlah keputusan Tuhan dikau dengan sabar, dan janganlah engkau seperti Kawannya ikan, tatkala ia berseru selagi ia dalam kesengsaraan” (Q.S. 68:48).
Seperti Yunus, Nabi Suci kita pergi ke mulut gua, dan setelah tiga hari beliau keluar. Adalah suatu keajaiban besar bahwa golongan pencari dari musuh-musuhnya, meskipun berdiri di mulut gua itu, tidak melihat Nabiyullah.
7. “Pimpinan agung pemukul batu”.
Pemukul batu adalah simbol dari Freemason, tanda untuk melicinkan permukaan. Muhammad jelas adalah Pimpinan Agung pemukul batu yang memecahkan segala batu dan hambatan yang memisahkan bangsabangsa di dunia dan melicinkan agama dari seluruh dunia. Dengan ini, bacalah kredo Freemason:: Dalam rumah dari ‘dua kampak’(atau pemukul batu) ini akan menjadi perwakilan dari “Pimpinan agung pemukul batu” dari Mesir, sama seperti Dia yang kami temukan di Meksiko.(3)
8. “Dia Yang-agung”, “Dia Yang-perkasa”.
Pastilah ini Muhammad, yang mula pertama sendirian di tengah 60.000 musuhnya sehingga dialah seorang yang perkasa, yang agung, yang bisa mengungguli paling tidak 60.000 musuhnya itu yang menjadi kawankawannya dan setiap orang dari mereka sanggup mengorbankan jiwa baginya. “Seorang Perkasa dan Seorang Besar yang unik”, yang berperang melawan ribuan musuhnya, di garis depan. Dia tak pernah membunuh seorangpun dengan pedangnya dan tak seorangpun punya kekuatan untuk membunuhnya. Dalam pertempuran panjang yang berlangsung sepuluh tahun lamanya, ada 120 suhada dan hanya 150 dari musuhnya yang terbunuh sedangkan sepuluh juta mil persegi tanah ditaklukkan tanpa pertumpahan darah. Betapa seorang besar dan perkasa dia itu! Segala puji bagi Allah dan salawat bagi Muhammad s.a.w.!
9. “Seorang tuna-netra”.
Suatu masalah yang sulit, tak diragukan lagi, tetapi dalam gambarnya yang asli, Horus dilukis di depan matanya ada semak, yakni, dia tidak buta dalam pengertian sebenarnya tetapi ada semak lebat di hadapannya. Arti pentingnya di sini jelas dari lidah Quran Suci:
“Bukankah ia menemukan engkau seorang anak yatim, lalu Ia memberi perlindungan? Dan Ia menemukan engkau meraba-raba, lalu Ia menunjukkan jalan yang benar” (Q.S. 93:6-7).
Sebelum wahyu turun kepada nabi Suci maka gelap-gulita menyelimuti seluruh dunia. Nabi Suci mencaricari jalan untuk mengeluarkan umat manusia dari keadaan itu. Dia, dalam keadaan itu, meraba-raba di kegelapan dalam mencari cahaya. Keadaan semacam ini, dalam gelap pekat, tanpa kitab atau petunjuk yang masih asli murni yang masih tersisa. Jika ada secercah cahaya dalam suatu kitab suci, maka itu diselimuti oleh paderi dan pendeta sehingga ada kegelapan cimmerian di seluruh dunia. Adalah wajar bila manusia tidak dapat menemukan jalan keluar dalam keadaan ini. Maka di sini dinyatakan: Engkau merabaraba di kegelapan, lalu Ia menunjukkan jalan. Inilah arti sebenarnya dari “Seorang tuna-netra”.
10. Horus Permata Emerald.
“Permata Emerald” berarti yang menghapuskan dosa-dosa dan merujuk kepada ketulusannya yang tiada tandingannya. Arti dari ‘pendar cahaya’ yakni sifat mulianya yang luar biasa. Maka hal itu dijelaskan oleh Tuhan Sendiri:
“Permata Emerald” berarti yang menghapuskan dosa-dosa dan merujuk kepada ketulusannya yang tiada tandingannya. Arti dari ‘pendar cahaya’ yakni sifat mulianya yang luar biasa. Maka hal itu dijelaskan oleh Tuhan Sendiri:
“Dan sesungguhnya engkau mempunyai akhlak yang agung” (Q.S. 68:4).
Ini juga dikatakan sebagai ‘pangeran dari Permata Emerald” yakni mempunyai akhlak yang luhur.
11. Raja dari hati.
Dalam bahasa kiasan ini adalah hati yang bermahkota, dimana ada tiga tongkat cahaya. Ini menunjukkan bahwa hatinya adalah raja dari banyak hati, satu-satunya dan raja yang unik, dimana pengawasannya tidak saja ke jasad fisik manusia melainkan juga kepada hati mereka dengan memberi cahaya ke dunia. Cahaya ini ada tiga macama, Pemeliharaan, Kasih dan Kebijaksanaan, atau seperti yang dikatakan Freemason: Kekuatan, Kebijaksanaan dan Kasih. Dalam teologi Islam adalah Quran Suci dengan kebijaksanaannya dan contoh mulia dari Nabi Suci.
12. Cahaya dunia.
Sebelum Nabi Suci kita, tidak ada konsepsi di seluruh dunia. Setiap nabi datang ke bangsa dan negerinya sendiri. Musa dan Kristus adalah untuk bani Israil dan mereka tak ada sangkut-pautnya dengan kaum lain. Dikatakan tentang Isa:
“Dan engkau Bethlehem di tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel” (Matius 2:6, Micah 5:2, Yohannes 7:42).
“Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”(Matius 15:24,10:5,6. Acts,3:25,26,13:46, Roma 15:8). Yesus tidaklah untuk sepanjang masa: “Selama aku di dalam dunia, akulah terang dunia” (Yohanes 9:5).
Yesus berkata kepada mereka:
Yesus berkata kepada mereka:
“Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi. Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang” (Yohanes 12:35-36).
Paulus telah memberikan alasan yang bagus untuk ini, katanya:
Paulus telah memberikan alasan yang bagus untuk ini, katanya:
“Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu” (I. Korintus 13:11).Sebelum itu dia berkata:
“Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap”.(I Korintus 13:9-10).
Nabi Suci adalah Alpha dan Omega dari seluruh nabi-nabi yang telah dibangkitkan di segenap bangsa di dunia, sebagaimana Quran Suci menyatakan dengan kuat dan jelas:
“Dan tiada Kami mengutus engkau kecuali sebagai rahmat bagi sekalian bangsa”
(Q.S. 21:107).
(Q.S. 21:107).
13. Horus sedang menangis.
Dalam ‘benda-benda antik Meksiko’ Horus telah dipertunjukkan sedang menangis. Ini adalah tangisan dari Hezekiah, tangisan Ayub, Daud, Isaiah, Yeremiah dan Yehezkiel, tetapi tangisan mereka adalah karena rasa takut mereka. Dan Yesus menangis atas kemaatian Lazarus. Setiap dari kita terkadang menangis, tetapi tangisan orang itu sungguh berharga bila menangisi kemerosotan pada umumnya dan dia menunjukkan kata-kata dalam tangisnya:
“Wahai air-mataku, buatlah tangisanku demi engkau, wahai manusia!”
Seperti suatu gambaran-pena dari nabi Suci kita, di saat beliau menangis di gua Hira karena kejahatan dalam diri manusia dan mohon petunjuk demi seluruh umat, dan tangisannya yang terus-menerus ini membuat seluruh langit menangis.
14. Penghapus dosa-dosa.
Hanya ada satu rujukan dalam Lukas, bahwa Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34).
Ini tidak dicatat oleh Matius, ataupun Markus ataupun Yohanes. Lebih dari itu, bahkan dalam MSS yang otoritatif, ini dihilangkan. Karena alasan ini maka ayat ini adalah palsu, tetapi mendapatkan banyak preferensi dari para propagandis. Bahkan menganggapnya sebagai asli-murni pun hanya setengah kebenaran, dengan alasan karena, dalam kutipan aslinya, “Penghapus dosa” diikuti dengan kata-kata, “Dan tali rumput” yang berarti ‘menahan dari kegelapan kepada cahaya’. Maka dalam istilah Freemason ini digambarkan sebagai tali ‘satu kabel bercabang dua’ yang berarti bahwa ‘kepercayaan mereka kepada Tuhan dan ketergantungan mereka kepada-Nya dan bahwa mereka mengabdikan dirinya kepada kehendak –Nya dan melayani-Nya’.(4) Sekarang bandingkanlah ayat Lukas tentang ‘pengampunan dosa’ yang kita perbincangkan di atas dengan doa dari Nabi Suci. Ketika beliau terluka, berdarah-darah, kehausan dan kelaparan akibat perlakuan musuh-musuhnya di Taif, beliau tak lupa mengangkat tanagannya dan berdoa. Ini berisi permohonan pengampunan bagi mereka tetapi lebih dari itu “bimbinglah orang-orang ini di jalan yang benar karena mereka tidak tahu apa yang mereka kerjakan”. Tidak hanya pengampunan yang diminta melainkan juga “satu kabel dua tali” untuk menarik mereka keluar dari jurang kegelapan kepada cahaya. Kehangatan dalam kasus ini adalah bahwa mereka sungguh-sungguh tertahan. Mereka percaya kepadanya dan berpegang erat kepada kabel, tetapi bukan kabel dengan dua tali dari Freemason melainkan “tali Allah” yang diulurkan dari langit yakni al-Quran (3:102).
15. Tangkai muda biji-bijian (lihat No.4).
Tangkai muda biji-bijian keluar dari mumi Horus dekat air yang mengalir, mereka mengatakan bahwa Horus mewakili sebagai pembawa keluar makanan dalam bentuk biji-bijian atau tangkai jagung dekat suatu air terjun (5). Setelah duabelas tahun penganiayaan mereka memutuskan untuk membunuhnya. Ketika mereka melihat begitu kecilnya satu biji jagung ada di tengah semak berduri yang kuat, tumbuh dan mengakar kuat dalam tanah berbatu semacam itu serta hari demi hari semakin kuat dan lebih kuat, mereka sepakat untuk membunuh dan membakarnya, tetapi pada saat itu biji kebenaran berkembang-biak dan tangkai jagung keluar darinya. Ini juga dekat dengan air yang mengalir, yakni wahyu yang tercurah dari langit sehingga bahkan seluruh dunia tak bisa menahannya. Inilah agama Horus yakni Islam.
16. Horus adalah Osiris dalam kelahirannya kembali.
Hijrahnya dari Mekkah ke Medinah adalah kelahiran kembalinya Muhammad, tetapi apakah ‘Osiris’ itu? Ini kata yang sangat signifikan. Ini menunjukkan ‘peradilan’. Maka kehidupan di Medinah adalah suatu pengadilan dalam pengertian yang sebenarnya. Di Mekkah, penganiayaan, penindasan, tirani, kesulitan hidup dan kekejaman sungguh melewati batas. Sekarang tibalah keadilan. Sungguh sedih kita tidak melihat hari pengadilan dalam kehidupan Yesus di dunia ini. Hidupnya berakhir dengan tragis. Tetapi dalam kehidupan Nabi Suci kita benar-benar hari pengadilan itu terjadi. Hari keadilan yang dijanjikan tiba. Kasus ini berkaitan dengan dua golongan. Kekejaman, kekerasan, intensitas dan kekuatan di satu sisi, kemuliaan, kesucian, kepolosan, bebas dari salah dan dosa di fihak lain. Osiris yang tak berdosa mendapatkan keputusan yang menguntungkan dan para penentang masuk neraka. Ini adalah hari pengadilan di bumi ini. Hari pengadilan ini telah diramalkan sebelumnya oleh semua nabi.
“Pengadilan adalah kepunyaan Allah” (Keluaran 1:17).
“Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar!” (Mazmur 1:5).
“Aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum, aku hendak bermazmur bagiMu, ya Tuhan” (Mazmur 101:1).
“Banyak orang mencari muka pada pemerintah, tetapi dari Tuhan orang menerima keadilan” (Amsal 29:26). Hidup para pemenang pada hari Keadilan!
“Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar!” (Mazmur 1:5).
“Aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum, aku hendak bermazmur bagiMu, ya Tuhan” (Mazmur 101:1).
“Banyak orang mencari muka pada pemerintah, tetapi dari Tuhan orang menerima keadilan” (Amsal 29:26). Hidup para pemenang pada hari Keadilan!
17. Yang lebih tua!
Ada dua kelahiran dari Horus, seperti yang dikemukakan di atas. Pada awal turunnya wahyu, Nabi Muhammad tinggal di Mekkah selama sekitar 12 tahun dan setelah itu hidup di Medinah kira-kira 11 tahun. Ada dua Horus, satu yang muda, satu yang lebih tua. Tigapuluh tahun adalah bilangan yang dibulatkan dan ada kesalahan beberapa tahun dalam pencatatan, atau memang dibuat-buat ole misionaris Kristen. Ini adalah kehidupan yang berlangsung selama 12 tahun di Mekkah dan 11 tahun di Medinah yakni jumlah seluruhnya 23 tahun, tetapi dia yang lebih tua di Medinah dalam sukses dan kemakmuran. Hidup Yesus selama duabelas tahun pertama adalah di bengkel tukang kayu. Tidak seorangpun yang punya sepotong fakta yang meyakinkan selama periode ini untuk meyakinkan, namun kehidupan Muhammad di Mekkah selama 12 tahun dan di Medinah 11 tahun, yakni jumlah seluruhnya 23 tahun, adalah suatu fakta sejarah dan, lebih tua dalam usia, beliau semakin unik dalam rahmat dan kemenangannya.
18. Raja dari langit!
Ini menunjukkan jiwa yang hidup dari ‘Ra’(Matahari) di langit. Tak dirgaukan lagi, Ra adalah nama matahari di langit. Jika matahari materi itu raja di langit, maka Nabi Suci adalah raja dari langit ruhani. Atau raja dari kerajaan Tuhan di bumi sedangkan nabi terakhir dari bani Israil adalah bintang timur yang memberi kabar gembira bahwa “Matahari akan segera terbit”.
19. Raja dari dua cakrawala.
Ini berarti bahwa Horus adalah tuan atau raja dari dua dunia, dunia fisik maupun ruhani. Kewibawaan Muhammad sebagai penguasa dan sebagai nabi adalah suatu fakta yang diakui. Secara eksplisit Yesus berkata:
“Kerajaanku bukan dari dunia ini; jika kerajaanku dari dunia ini, pasti hamba-hambaku telah melawan, supaya aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi kerajaanku bukan dari sini” (Yohanes 18:36).
20. Tuhan dari utara dan selatan.
Dalam Egyptologi tuhan dari nurtunga dan warringa, cukup jelas bahwa Nabi Suci kita tidak khusus bagi bani Ismaili seperti halnya Yesus yang hanya khusus untuk bani Israil. Sebagaimana ditekankan dalam Quran Suci, maka Nabi Suci diutus kepada segenap bangsa di dunia. “Cahayanya… bukan kepunyaan Timur dan bukan kepunyaan Barat”(Q.S. 24:35). (Peringatan! Jangan disesatkan dengan istilah ‘tuhan’ dalam kutipan di atas. Ini adalah julukan kewibawaan; malaikat dan para nabi dirujuk dalam Alkitab juga sebagai tuhan).
21. Aliran air dimana tak seorangpun manusia bisa menguras airnya!
“Wahai, Huhotep ini, yang sangat agung, aliran air dimana tak seorangpun bisa menguras airnya, karena takut aumannya”(6). Di sini adalah gambaran penuh makna dari Quran Suci. Dimana air Alkitab itu selalu dicemari dengan tambahan dan penghapusan. Adalah al-Quran yang bergema terus di seluruh jagat Islam dari sejak turunnya wahyu yang pertama hingga hari ini. Cermatilah dalam membaca kata-kata berikut dari Egyptologi dan bandingkanlah dengan firman dalam al-Qur'’n. Ini adalah suatu mukjizat yang tak bisa ditandingi: “Tuhan Yang Maha-luhur selalu menjaganya, sehingga tak seorangpun bisa mendekatinya.Akulah elang-rajawali yang akan menjaga aliran air itu selamanya”. Analogi yang mirip dengan ini adalah firman dalam al-Quran:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Peringatan (al-Quran), dan sesungguhnya Kami adalah penjaganya”(Q.S. 15:9).
“Sesungguhnya itu Quran yang murah-hati. Dalam Kitab yang dilindungi. Yang tak seorangpun dapat menyentuh itu, kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan sarwa sekalian alam” (Q.S.56:77-80). Lagi, dikatakan di sana: “Tidak, itu adalah Quran yang mulia. Dalam Loh yang dijaga” (Q.S. 85:21-22).
22. Air tuhan yang besar! (7).
Dibelakang konsepsi ini terletak suatu pemikiran yang diketemukan pada banyak bangsa primitif, dan khususnya di kalangan suku Hemitis dari Afrika, dengan mana bangsa Mesir mempunyai hubungan dekat secara etnologis maupun kultural. Raja diidentifikasi sebagai air kehidupan dan pohon kehidupan. Ini bisa ditafsirkan berarti: karena air itu merupakan sumber kehidupan, ini untuk menarik perhatian kepada persamaan yang menonjol atas kebenaran ruhani yakni bahwa hanya dengan wahyu Ilahi, yang berkali-kali dibandingkan dengan air ini dalam al-Quran; bahwa kehidupan diberikan ke dunia ini dengan Kitab-Nya yang lengkap dan sempurna; kalau tidak, mereka akan mati dalam dosa dan korupsi (kerusakan).
23. Horus sebagai kanak-kanak.
Horus kanak-kanak sebagai pembawa makanan pada saat sungai Nil pasang (8). Makanan di Mesir, tanpa ragu lagi, tergantung kepada melimpahnya aliran sungai Nil secara priodik. Begitu pula persediaan ruhani yang tergantung kepada sungai Nil spiritual yakni al-Quran. Demikianlah Mesir akhirnya diairi olehnya dan nubuatan ini karenanya tergenapi dalam pengertian yang sebenarnya.
24. Kepala dari Nomes!
Nome adalah kata Perancis, yang berarti nama alias, titel, nama samaran penulis dan sebagainya. Dalam Egyptologi ini adalah pembagian wilayah. Muhammad atau Ahmad adalah suatu nama yang unik, yang belum pernah digunakan sebelum turunnya Nabi Suci, sungguh berlawanan dengan ini, Yesus adalah nama yang biasa digunakan orang. Terdapat banyak Yesus disamping Yesus Kristus. Satu dari mereka adalah ‘Yehoshua’, seorang komandan setelah Musa.
No.25 – 27 telah didiskusikan, lihat masing-masing No.10,12,13.
28. Tuhan merah.
Tuhan merah dari bangsa Meksiko (Amerika Tengah) menghadirkan Horus sebagai dewa pembalas dari ‘Osiris’ yang menderita. Dia juga hakim yang adil dan tulus, yang menjalankan peradilannya di balai pengadilan ‘Mati’ pada hari pembalasan. Dalam Mantera bab 57, dia karenanya disebut:
“Seorang yang adil, wahai engkau yang ahli atas dua dunia; tuhan merah, yang memerintahkan tanda eksekusi, kepada siapa diberikan dobel, seperti Horus pada kedatangannya yang kedua”.
Tidak perlu diberikan komentar atas hal ini. Nabi Suci kita yang mempunyai dua nama, menyajikan dua masa kehidupannya. Hidup di Mekkah dan hidup di Medinah. Kehidupan di Mekkah itu adalah kehidupan Ahmad dan kehidupan di Medinah adalah kehidupan Muhammad. Muhammad itu merah sebagaimana dikatakan: Sebagai dewa pembalas dari Osiris yang Menderita, hakim yang adil dan tulus, yang menjalankan peradilannya di balai Pengadilan. Sekarang, kata Madinah berarti balai Pengadilan. Ini adalah dari akar kata ‘din’ yang berarti pembalasan atau pengadilan. Jethro, ayah mertua Musa, adalah ketua pengadilan yang pertama dari kota ini yang mengajar Musa bagaimana mengadili pertengkaran di antara suku karena Musa sudah terlalu lelah mengurusi mereka semuanya (Keluaran 18:14-26). Ada dua nama dari ketua pengadilan masing-masing berasal dari nama kepala sukunya. Pertama adalah Yathrib yang berasal dari nama ‘Yethro’(9), dan yang satu adalah ‘Madinah’ yang berarti seorang kepala pengadilan atau balai pengadilan. Nama yang dinyatakan dalam Quran Suci adalah Syuaib sebagaimana dikatakan dalam Alkitab sebagai ‘Hobab’. (Bilangan 10:29, Hakim-hakim 4:11). Kata Madinah itu bukanlah kota yang dikira terletak di selatan Sinai Timur, tetapi ini adalah ‘Modinah’, satu kota tua yang disebut oleh Ptolomeus seorang sejarawan kuno. Modinah Ptolomeus adalah Madinah di jazirah Arab (Saya telah mendiskusikan hal ini dalam buku ini dengan judul ‘nubuatan Musa’). Penulis Alkitab dalam hal ini sungguh sangat melebihlebihkan. Eksodus yang sebenarnya dari bani Israil sesungguhnya tidak diketahui. Maka Madinah adalah balai pengadilan dimana hakim yang benar melaksanakan keadilan. Sesungguhnya ahli-ahli Mesir Kuno salah baca sebagai ‘Mati’; yakin itu adalah Madinah.
29. Kunci pengikat Horus.
Kuncinya bukan dari besi melainkan rambut. Keindahan pengikat rambut Nabi Suci kita didendangkan oleh Sulaiman dalam Kidungnya:
“Bagaikan emas, emas murni, kepalanya, rambutnya mengombak, hitam seperti gagak” (Kidung Agung 5:11).
“Bagaikan merpati matamu, di balik telekungmu….
Bagaikan belahan buah delima pelipismu, di balik telekungmu” (Kidung Agung 4:1-3). Rambutnya yang bergelombang, bak malam keperakan. Membuat bahunya bercahaya redup. Rambut Nabi itu berombak, dan tidak lurus tergantung; rambutnya lebat namun tak terlalu rapat. Seringkali dikatakan bahwa rambutnya ini mencapai daun telinganya. Rambutnya hitam. Di janggutnya dan ikatannya hanya ada 17 rambut abu-abu dan tak pernah lebih dari itu.(10). Sebagaimana digambarkan dalam “Kitab Orang Mati”, demikianlah ikatan rambut Nabi. Tetapi apakah arti ikatan rambut ini dalam bahasa kiasan? Ini adalah nazar untuk hidup suci, murni dan mulia, secara positif menghindari anggur dan segala jenis minuman keras serta menjaga diri dari kesenangan duniawi (Bilangan 6:1-5).
30. Horus dalam bentuk elang atau rajawali.
Dinyatakan bahwa Horus adalah elang berKepala Emas (bandingkanlah dengan Kidung Agung, 5:11) dan Horus menghadapi Sut(Setan) dalam bentuk seekor elang (11), dan membunuhnya, sebagaimana dinubuatkan dalam Alkitab: ‘Ini akan meremukkan kepalamu’(Kejadian 3:15), yakni, tuhan perdamaian akan meremukkan kepala ular naga (Setan) (Roma, 16:20, Wahyu 12:8-9), tetapi Setan akan meremukkan tumit orang-orang jahat. Sesungguhnya Nabi Suci telah bersabda: “Setanku bukan setan lagi”. Agak berlawanan dengan ini, dicatat dalam Alkitab bahwa Setan empatpuluh hari bersama Yesus dan menggoda dia (Markus 1:12-13); dia tidak meremukkan kepalanya, tetapi, sebaliknya, Setan merasuki Yudas (Lukas 22:8), dan Petrus (Matius 16:28), dan memberi kekuatan kepada musuh-musuhnya untuk menyalib Yesus.
31. Horus dalam bentuk seekor burung.
Rajawali atau elang mewakili Horus, dan gagak adalah simbol Sut (12). (Lihat no.30).
Rajawali atau elang mewakili Horus, dan gagak adalah simbol Sut (12). (Lihat no.30).
32. ‘Horus sebagai Har-Machus’, berarti kapak dobel atau pemukul batu (Lihat no.6).
33. Horus pada usianya yang kedua belas tahun. (lihat no.2 dan 28).
34. Horus pada usianya yang ketiga puluh tahun (lihat no.28).
35. Horus sebagai seorang mumi (Lihat no.15).
36. ‘Horus sebagai satu ruh yang besar’. Ini dalam ‘Kitab Orang Mati’ bab 78.
Dia adalah ruh yang hidup dari Ra (matahari di langit). Dia adalah satu-satunya dari ruh besar yang dilahirkan dari ibi 'T‘juh ruh besar’, identik dengan tujuh nabi besar yang menubuatkan kedatangannya.
37. Saya merantai Sut (Setan) (Kitab Orang Mati, Piring no.5).
Sut atau setan dirantai di dunia bawah. Adalah kenyataan bahwa dia dirantai di Arabia, yakni seluruh negeri Arabia disucikan dari penyembahan berhala, miras, dan kejahatan lain-lainnya. Suatu fakta unik yang tidak pernah terjadi dimanapun dalam sejarah kemanusiaan.
38. Ibu besar menyusui Horus.
Kata-kata ini sangat signifikan, dalam Egyptologi nama ibu itu adalah ‘Kat’ dan dia selalu dihubungkan dengan ‘Isis’. Mekkah dalam bahasa Arab berarti susu ibu. Makkah sebagai ibu dari bangsa-bangsa juga ibu dari Nabi Suci, dia yang menyusuinya segera setelah kelahirannya. Dengan wahyu Makkiyah kita menunjukkan bahwa wahyu itu diturunkan di Mekkah. Kelahirannya ini adalah kelahiran kedua atau kelahiran spiritual menunjukkan bahwa Ruhul Qudus datang kepadanya, dengan perkataan lain suatu kelahiran dari Tuhan. Islam, atau wahyu Ilahi, diperlakukan buruk oleh Sut (musuh). Dus ini digambarkan sebagai kalajengking besar, yang menyandera Isis dan Horus, yakni ibu dan anak, sebagai tawanan di sebuah rumah, tetapi dengan pertolongan Jibril, yang dalam Egyptologi disebut Thoth, dia meloloskan diri dengan anaknya, menurut teks Egyptian. Seperti telah diterangkan, Mekkah dalam tempat pertama mewakili Islam, yang melahirkan Nabi Suci kita. Dalam permulaan Islam dan anaknya, yakni Nabi Islam, dianiaya oleh kalajengking atau musuh-musuh Islam, tetapi, setelah itu, dengan pertolongan Jibril, Islam dan Nabi Islam keduanya lolos, dalam fraseologi Mesir.
39. Horus sebagai satu dari tujuh ruh besar.
Tujuh bintang di langit menunjukkan bintang-penunjuk, dan bintang ini adalah titik tetap di langit, yang memberikan petunjuk sejati kepada pengembara. Ini diperkuat oleh Quran Suci:
“Dan tanda-tanda batas. Dan mereka menemukan jalan yang benar dengan bintang-bintang”(16:16).
Sebagaimana tujuh bintang di langit menunjukkan jalan yang benar, demikian pula tujuh Rishis atau nabi, yang membimbing setiap pencari kebenaran kepada bintang petunjuk ruhani yang abadi posisinya di langit ruhani yakni Muhammad, akhir dari para nabi. Tujuh nabi besar ini adalah Nuh, Ibrahim(Brahma), Musa, Daud, Buddha(Dzulkifli-Pent.), Sulaiman dan Yesus(Isa-Pent.). Ini semua jelas meramalkan kedatangan Nabi Suci kita.
40. Horus sebagai bintang-penunjuk.
Dalam mitologi, bintang-penunjuk adalah emblem yang menunjukkan stabilitas, suatu pengaturan singgasana kekuasaan. Ini disebut Anup atau Horus dalam Mesir Kuno, Sydek di Phunisia, ‘An’ di Babylonia, Ame-No-Foko-Tachi-Kami pada bangsa Jepang. Agak paralel dengan mitologi Mesir ini; tertulis dalam Rig Weda bahwa “vishai karman berdiam di Utara tertinggi dibawah tujuh Rishi”(Rig Weda 10:82:2). Horus dari Mesir dan vishai karman yakni Aditya(matahari) adalah persamaan nama. Vishay karman adalah Aditya, yakni matahari (Nirukt.10:26). Vishai karman ini dinyatakan dalam Rig Weda mengabdikan dirinya semata-mata kepada Tuhan Yang Maha-kuasa, dan ini dinyatakan dalam Quran Suci:
“Katakanlah: Sesungguhnya salatku dan pengurbananku dan hidupku dan matiku adalah untuk Allah, Tuhan sarwa sekalian alam.Ia tak mempunyai sekutu. Dan ini diperintahkan kepadaku, dan aku permulaan orang yang berserah diri” (Q.S. 6:163-164).
‘Aku permulaan orang yang berserah diri’ paralel dalam Rig Weda sebagai “prathmach-had vram”, “Yang pertama menyembah atau memuja atau yang pertama berserah diri” (Rig Weda 10:81:1). Setiap orang dari kita mengetahui bahwa bintang-penunjuk ada di langit tertinggi di Utara. Tujuh Rishis atau Pembawa yang Besar menunjuk kepada bintang-penunjuk. Dalam seluruh dewa mistis bintang-penunjuk adalah simbol dari stabilitas, (namanya dalam Sanskrit adalah Dhruv yakni tetap dan stabil) suatu tempat kedudukan dan singgasana kekuasaan, yakni dewa tertinggi (tuhan/dewa sebagai istilah kewibawaan dan kehormatan). Ini berarti ‘Horus’ dan Horus adalah prototype dari matahari atau, lebih tepatnya, “matahari yang akan tiba”, yakni Nabi Suci Islam, sebagaimana saya telah sebutkan sebelumnya. Tetapi bintang-penunjuk ini adalah emblem dari stabilitas, seperti bintang yang tak pernah tenggelam. Bintang-bintang lain berubah posisi dan tenggelam, tetapi bintang-penunjuk selalu dalam kedudukan yang tetap atau di atas cakrawala Utara. Aspek ini adalah tanda-bukti dari kenabian nabi Suci kita, yang tak pernah berubah, tak pernah hilang sedikitpun, selama dan selama-lamanya stabil dan teguh laksana bintang-penunjuk. Nama lainnya dalam Egyptologi yakni Anup suatu kata biasa dalam Sanskrit dan Egyptologi yang berarti sebatang pohon dekat air; anda boleh menyebutnya senantiasa hijau. Ini adalah suatu subyek yang sangat luas sehingga satu buku bisa ditulis untuk perkara itu saja. Seluruh surat 53 dari al-Quran berisi subyek perkara ini atau suatu ringkasan darinya. Di sini saya akan tunjukkan hanya satu ayat saja dari surat itu: “Demi bintang tatkala terbenam” dari bukit menurut Egyptology, atau sesudah pendakiannya menurut beberapa muslim dan tafsir dari Imam Jafar. Dengan bintang yang dimaksudkan adalah Nabi Suci, yang turun dari bukit serta membawa pesan bagi seluruh kemanusiaan.(Dalam fraseologi Freemason, bintang-penunjuk adalah semacam keabadian, karena, jelas, dia tak pernah berubah dengan berjalannya waktu. Ini adalah simbol yang paling awal dari keunggulan kecerdasan, yang memberi hukum di langit, suatu titik patokan di langit bagi fikiran manusia untuk menggantungkan dirinya dari titik pusatnya ke pinggiran, satu titik dalam lingkaran dari mana kita tak bisa meleset lagi.(13). Mata di puncak bukit atau titik di tengah lingkaran adalah sejenis ‘Anup’, dan hukum yang paling awal di langit itu diberikan di puncak bukit, karena puncak bukit itu bayangan dari penunjuk, dan ‘Anup’ menata hukum sebagai hakim). Kata-kata dalam Quran Suci adalah sebagai berikut:
“Kawan kamu tidaklah sesat, dan tidak pula menyimpang. Dan ia tak berbicara atas kemauan (sendiri). Itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan” (Q.S. 53:2-4).
Dan ayat berikutnya. Bintang-penunjuk adalah semacam keabadian (atau Nabi Suci pada peristiwa itu sedang dalam tekanan).
“Lalu ia mendekat, dan bertambah dekat lagi, Maka ia berjarak dua busur atau lebih dekat lagi”(Q.S. 53:8-9).
Dan dia mewahyukan:”Dan Dia di cakrawala yang tertinggi, yakni serupa dengan bintang-penunjuk, dan ukuran dari busur, menunjukkan kedekatannya”.
Ringkasan dari semua ini adalah:
Bintang penunjuk adalah lambang dari ‘Horus’ atau Nabi Suci kita, dia menjadi pelayan Tuhan atau terbebas dari pelayanan kepada semua yang lain. Pendakiannya atau ditariknya dia ke dekat Tuhan berarti menerima wahyu atau hukum. Dan ini terjadi di bukit Hira, dimana dia menerima wahyu pertamanya.
41. Horus menjadi penguasa tanah.
Pewarisan dari bumi sekarang diberikan kepada ‘Horus’. Dia memakai dua mahkota yakni sebagai penguasa dari dua bumi; dia sekarang berayun pegangannya bagi dua bumi atau sebagai pemersatu dari dua cakrawala. Rumahnya adalah gabungan dari dua bumi (14). Tidak perlu berkomentar atas hal ini. Sebelum Nabi Suci, ada dua bumi, Utara dan Selatan, atau Timur dan Barat. Nabi-nabi dibangkitkan di setiap bangsa, baik di Timur maupun di Barat. Tetapi Nabi Suci kita adalah penguasa dari kedua dunia, rumahnya adalah bagi yang di Timur maupun di Barat atau bagi yang di Barat dan di Timur, karena dia adalah pusat, pemersatu dari kedua cakrawala.
42. Pertempuran di antara ‘Horus’ dan Sut (Setan).
Ada peperangan di antara Horus dan Sut(Setan). Sut merubah dirinya dalam bentuk ular naga, Horus mengangkat tongkatnya untuk membunuhnya. Sut masuk ke sebuah lubang. Maka Horus dengan tongkatnya mengawasi lubang itu. Ini adalah suatu kenyataan sejarah bahwa, sebelum dibangkitkannya Nabi Suci kita dalam kenabiannya, Sut adalah penguasa jazirah Arab. Ketika Nabi Suci dibangkitkan, ular naga masuk ke lubang. Maka kini tongkat (al-Quran) mengawasi lubang itu, dimana kalau ada al-Quran, maka Setan tetap di lubangnya.
43. Horus mempunyai dua ibu.
Satu Isis perawan tanpa dosa, yakni dalam arti harfiah adalah Aminah, ibu dari Nabi Suci kita. Ibu kedua dari Nabi kita adalah Halimah, yang menyusui Nabi Suci kita. Secara kiasan, Nabi Muhammad pertama adalah putera Aminah, yang suci dari dosa, disusui oleh Halimah, yakni Yang-penyayang.
44. Para pengikut ‘Horus’.
Ada tertulis bahwa pengikut Horus menyerbu negeri, menaklukkan pribuminya, menetap di sana, dan membangun dinasti kebudayaan besar yang kita sebut Egypt (Primordial Man, hal.63). Sekali lagi, nubuat ini digenapi kata demi kata dalam pribadi para pengikut Muhammad. Ini adalah mukjizat kehidupan Muhammad dan para pengikutnya yang menakjubkan. Saya berdoa semoga Egypt sekali lagi akan bangun sebagai suatu peradaban yang besar.
45. ‘Horus’ adalah kebangkitan dan hidup.
Dalam Egyptologi ‘Ptah-saker-Ausar’, yakni, ‘Tuhan sejati dari kebangkitan’. Penderita yang diam, seorang yang berselubung, adalah dewa, yang membuka dunia bawah untuk kebangkiatn dalam mitos matahari yang permulaan (Ibid. hal.404). Dalam kutipan ini seringkali kata tuhan dan dewa digunakan, tetapi harus dicatat bahwa kata-kata ini hanya digunakan sebagai kewibawaan dan keagungan. Tak diragukan lagi bahwa di belakang hari bangsa Mesir menjadi penyembah berhala, tetapi pada permulaannya kebudayaan ini adalah monoteis. Albert Churchward menulis: “Bangsa kuno ini, pada masa Eskatologi mereka, tidak pernah menyembah binatang atau burung atau ular naga sama-sekali, dan adalah kesalahan besar kalau menganggapnya demikian” (hal.401). Maka ‘Horus’ adalah kebangkitan atau dewa kebangkitan, dan ini menunjukkan bahwa bangsa Arab dan Mesir sebelum Nabi Suci itu mati. Mereka tidak mempunyai kehidupan. Nabi Suci memberi mereka hidup, atau dalam istilah Alkitab dan al-Quran: Dia membangkitkan yang mati atas perintah Tuhan, dengan membacakan wahyu Ilahi kepada mereka. Mereka itu secara ruhani sudah mati, karenanya dia membangkitkan mereka secara ruhani.
46. ‘Horus’ sebagai ‘Pangeran perdamaian’.
Suatu terjemah harfiah dari kata ‘Muslim’.
47. ‘Horus’ sebagai singa.
Singa adalah simbol keadilan dan keberanian. Makna keadilan yang dimanifestasikan oleh Islam dan Nabi Islam tidak bisa diketemukan dalam suatu agama, bangsa atau negara yang lain di dunia. Keadilan itu membutuhkan persatuan dari seluruh ras manusia. Ada bermacam-ragam hukum di seluruh dunia, dan hukum itu, selalu bisa berubah. Sedangkan keadilan itu stabil dan permanen selamanya. Hukum Amerika Serikat untuk bangsa Amerika, Inggris untuk bangsa Inggris, sedangkan hukum Islam itu universal dan manusiawi, mengatasi segala batasan ras, warna kulit, atau tapal batas wilayah. Suatu contoh dari hukum Kristen bisa disajikan di sini:
“Tetapi aku berkata kepadamu…siapa yang berkata: Jahil! Harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala” (Matius 5:22). Di sini hakim melebih-lebihkan kejahatan. Seorang kawan tertentu menyebut orang lainnya jahil di depan umum. Yang belakangan mendakwa yang pertama. Hakim mendendanya USD.10. Orang itu membayar dendanya dan kemudian minta salinan dari hakim atas vonisnya itu. Hakim bertanya:”Buat apa? Engkau toh telah mengaku”. Dia menjawab:”Saya menginginkan itu untuk minta banding kepengadilan tinggi sehingga majelis tinggi juga bisa mengetahui bahwa dia jahil”.
Dalam Perjanjian Lama tak ada keadilan diantara orang Israil dan non-Israil. Dalam Hukum Hindu tak ada keadilan dari kasta Brahma dengan orang non-Brahma. Tetapi di dunia ini anda akan dapati keadilan dalam Islam dan dalam dekrit dari Nabi Islam. Arti kedua dari kata singa adalah keberanian. Dan hal ini dinyatakan dalam Quran Suci berkaitan dengan para musuh Nabi Suci:
“Seakan-akan mereka itu keledai yang ketakutan. Yang lari dari singa” (Q.S. 74:50-51).
48. ‘Horus’ sebagai dewa penyembuh.
“Obat bagi apa yang ada dalam hati” (Q.S.10:57).
“Katakanlah: Itu bagi orang-orang yang beriman adalah petunjuk dan obat” (Q.S. 41:44)
“Katakanlah: Itu bagi orang-orang yang beriman adalah petunjuk dan obat” (Q.S. 41:44)
Di sini al-Quran disebut penyembuh karena ini adalah obat bagi penyakit ruhani yang meraja-lela di dunia.
Ini Kitab yang membuktikan dirinya sebagai penyembuh, karena dia mendapati suatu negeri yang
dipengaruhi oleh penyakit spiritual dan moral yang paling buruk dan kurang dari seperempat abad seluruh bangsa dan negara bisa dibersihkan dari seluruh penyakit ini. Betapa pun, pengaruh penyembuhannya, tidak saja terbatas di jazirah Arab, dan kini tak ada satu bangsa di permukaan bumi yang tidak berdiri saksi atas besarnya kekuatan penyembuh dari al-Quran, yang begitu sangat jauh jangkauannya sehingga bahkan kaum non-muslim bisa sama-sama memetik manfaatnya.
Ini Kitab yang membuktikan dirinya sebagai penyembuh, karena dia mendapati suatu negeri yang
dipengaruhi oleh penyakit spiritual dan moral yang paling buruk dan kurang dari seperempat abad seluruh bangsa dan negara bisa dibersihkan dari seluruh penyakit ini. Betapa pun, pengaruh penyembuhannya, tidak saja terbatas di jazirah Arab, dan kini tak ada satu bangsa di permukaan bumi yang tidak berdiri saksi atas besarnya kekuatan penyembuh dari al-Quran, yang begitu sangat jauh jangkauannya sehingga bahkan kaum non-muslim bisa sama-sama memetik manfaatnya.
49. ‘Horus’ sebagai ‘Pembaptis’.
‘Horus’ sebagai Pembaptis dengan api (di dalam tanki yang menyala-nyala). Jelas bahwa baptis dalam agama Kristen itu dengan air, tetapi Nabi Suci membaptis dengan peperangan, yakni api. Ini adalah menyalanya pengurbanan hidup yang diberikan oleh para sahabat Nabi Suci.
50. ‘Horus’ dengan ‘Tat’.
Adalah salah menyatakan bahwa ‘Tat’ itu berarti salib; ini adalah akhir huruf dari alfabet. Di sini menunjukkan nabi yang terakhir.
51. ‘Horus’ bersama Ibunya selama duabelas tahun.
Ibu pertama Nabi Suci adalah Mekkah atau setelah diangkat dalam kenabiannya belaiu tinggal di Mekkah selama duabelas tahun.
52. ‘Horus’ sebagai anak seorang perawan.
Tidak seorangpun dapat membuktikan dengan akalnya bahwa seorang anak tertentu itu dari perawan dan tak seorangpun bisa yakin bahwa anak itu dari seorang perawan kecuali ibunya sendiri. Tetapi setiap orang bisa menyadari bahwa jazirah Arab adalah suatu tanah perawan, sebelum Nabi Suci tak ada nabi yang dibangkitkan di Arabia. Karenanya inilah satu tanah perawan yang mengeluarkan manusia yang sangat luhur itu.
53. ‘Horus’ dibawa oleh Setan.
Ini adalah interpolasi atau rekaan misionaris Kristen bahwa ‘Horus’ dibawa oleh Setan ke gunung. Telah disebut diatas bahwa ‘Horus’ meremukkan kepala ‘Sut’(Setan). Itulah yang dilakukan Muhammad.
54. Horus meluhurkan Tuhannya di segala tempat.
Pastilah ini yang diamalkan oleh Muhammad. Yesus bahkan tidak tahu nama Tuhannya (lihat perbincanagan kita pada nama Yehovah).
55. Horus sebagai Bunga teratai.
Inilah ramalan Buddha mengenai Nabi Suci kita. Teratai adalah lambang kesucian dari dosa. Demikianlah Nabi Suci kita adalah murni dan suci seperti teratai (lihat catatan komprehensif mengenai hal ini dalam silabus mistik dari Buddhisme).
56. Horus datang menggenapi hukum.
Adalah Islam dan Nabi Islam yang menggenapi hukum. Kaum Kristen menghapus dan merusak hukum, dan menjadi ‘Antinomian’.
57. Horus masuk ke gunung.
“Horus masuk ke gunung pada waktu matahari terbenam untuk berwawan-sabda dengan Tuhannya”. Ingatlah Muhammad di gunung Hira.
58. Horus dari segitiga.
Adalah dalam wahyu kepada Nabi Suci kita bahwa Tuhan Yang Maha-kuasa itu mempunyai tiga asma yang menonjol. Pembimbing dan Pemelihara (Rabb), Maha-pemurah (Al-Rahman), Maha-pengasih (Al-Rahim). Ketiga asma inilah yang menjadi penyebab tunggal dari penciptaan.
59. Horus sebagai seorang gembala yang baik dengan lengkungan di bahunya.
Yesus tak pernah menjadi gembala. Dia seorang tukang kayu. Sesungguhnya adalah Muhammad yang menjadi penggembala itu.Dalam bahasa kiasan beliau sangat mencintai para sahabatnya. Beliau tak pernah bersabda kepada salah-seorang pun dari mereka:
“Enyahlah Iblis, engkau suatu batu sandungan bagiku”(Matius 16:23, Yoh.13:2, 27, Mat.14:25,26). Hanya dari duabelas murid terpilihnya saja ada dua yang terpengaruh Setan, karena Petrus mengingkari Kristus tiga kali, dan Yudas menjual tuannya hanya untuk 30 keping (Lukas 22:3, Yoh.13:2,27. Mat.14:25,26). Para sahabat Muhammad lebih menyayangi Tuannya daripada jiwanya sendiri.
60. Horus berjalan di atas air.
Nabi Suci kita tidak pernah mengklaim seni magis semacam itu. Dia berjalan bersama Tuhan sepanjang hidupnya dan tak pernah tergelincir. Air itu berarti rencana Ilahi dan inilah arti sebenarnya dari berjalan di atas air; dan beliau membuat para muridnya mengikutinya dengan sikap yang sama.
Ringkasan dari seluruh ideografi Mesir kuno ini ialah: Piramida besar dibangun di Mesir sebagai monumen dan memorial yang awet dari agama awal yang berkembang 6000 – 7000 tahun yang lalu oleh ilham Ilahi berdasarkan ilmu hukum dan pengetahuan sejati dari hukum alam semesta. Sungguh sekarang kita bisa melihat Piramida besar yang mengungguli segala yang lain yang pernah dibangun. Rahasia kuno telah digambarkan secara simbolis di batu-batu, dan bisa dibaca oleh mereka yang memperkenalkan rahasia misteri agama. Dalam ‘Kitab Orang Mati’ dan dalam tanda-tanda di Piramida ada secara singkat namun suatu fakta yang mencerahkan mengenai datangnya kehidupan seorang Guru Dunia. Tanda-tanda ini tak perlu menyebutkan namanya; dialah ‘Horus’ matahari yang besar, matahari yang bercahaya, dan tidak perlu dibuktikan dengan logika. Symbol yang diam initelah memancarakan keindahan dari pribadinya. Swastika, Gemmadion, empat gamma dan fylfot, itu synonim, yang berarti:
Hari-hari yang penuh kegelap-pekatan akan segera berlalu.
Suatu matahari yang memberi cahaya akan menerangi jalan.
Di pusat dari Swastika di sana bersinar nama ‘Horus’ yang berarti matahari besar. Horus dikhitan dan tetesan darah jatuh. Tetapi apakah sunat ini? Secara kiasan ini berarti menyucikan secara spiritual. Seperti yang anda lihat, matahari tidak pernah meninggalkan hukum tetapi selalu mentaati hukum dari Tuhannya dengan berserah diri, maka begitu pula dia yang akan datang akan dikhitan baik fisik maupun spiritual. Kata ‘bersunat’ seringkali digunakan untuk membedakan monoteis dengan politeis. Duabelas tahun (setelah kenabiannya) akan dilewati di tengah kalajengking. Dia adalah tangkai muda jagung yang selalu bertumbuh di tengah semak lebat yang berduri tajam. Dia menangis, dan air matanya mebuat langit menangis, maka hasilnya adalah kegembiraan, seperti pepatah: Siapa yang menanam tangis akan panen kegembiraan. Ini akan menjadi pedoman bagi seluruh kemanusiaan yang berdiri di kegelapan selama ratusan tahun. Dia adalah ‘pemimpin besar dari pemukul batu’ yang akan memecah semua hambatan dan batu, dan meratakan gunung-gunung yang membagi kerajaan Tuhan. ‘Dia adalah yang menderita dengan diam’. Dia tak pernah mengutuk musuhnya (bahkan kepada pohon yang tak berdosa). Tidak, lebih dari itu, dia selalu mendoakan mereka. ‘Pangeran keabadian’. Seperti halnya matahari yang selalu menyinari bumi, begitulah tak ada akhir dari kenabiannya. ‘Dia adalah permata emerald’, yakni penghapus dosa. Seorang pemberi semangat keberanian dengan akhlak yang luhur. ‘Pangeran dari hati nurani’. Dia adalah seorang pemaaf yang agung. Tidak, lebih dari itu, dia adalah satu kabel penarik untuk mengangkat bangsa yang jatuh. ‘Dia mempunyai dua ibu’. Banyak orang mempunyai dua ibu. Tetapi dia mempunyai satu ibu bernama Aminah (yang tak berdosa) dan Halimah (penyayang) yang menyusuinya dengan kasih-sayang dengan perilaku yang luhur. Karena dua ibu ini juga merupakan ibu dalam arti kiasan. Satu dewa-air. Pemilik Al-Kauthar (kemurahan yang berlimpah-ruah). Al-Quran adalah persediaan yang berlimpah-ruah dari air samawi yang diwahyukan di manapun di bumi ini.
‘Tuhan-merah dari keadilan’. Dia adalah singa bukan kambing dari Nazareth. Dia adalah elang rajawali dan bukannya merpati dari Bethlehem, tetapi dia yang perkasa, yang bijaksana.
Dia merantai setan di dunia bawah.
Dia adalah kehendak tujuh nabi besar, yang meramalkan dia.
Dia adalah bintang-penunjuk dari stabilitas.
Dia akan memakai dua mahkota. Sebagai seorang anak yatim di tengah musuhnya yang kuat dia
menegakkan kerajaan dan dimahkotai sebagai seorang nabi besar.
Penganutnya menaklukkan dan menjadi pendiri suatu peradaban baru.
Pangeran kebangkitan. Seorang yang membangkitkan seluruh bangsa (tidak hanya beberapa orang seperti Yesus).
Pangeran perdamaian. Dia membangun dan meletakkan landasan bagi agama perdamaian (Islam) di bumi ini.
Pembaptis dengan api (dengan peperangan) dan bukan dengan air.
Ia berjalan di atas air. Air berarti hukum. Maka ini adalah hukum Tuhan bahwa Nabi Suci itu berjalan di atasnya tanpa takut dan para sahabatnya juga berjalan di atas air dan mengikuti dia.
Dia adalah pangeran dari dua cakrawala. Bukan hanya seorang gembala dari bani Israil yang hilang.
Wahyunya (al-Quran) adalah aliran air yang kuat dan mengaum. Tak seorangpun yang bisa menyentuhnya dengan tangan yang kotor (Q.S.56:79). Ini bukanlah aliran sungai Yordan yang masuk ke Laut Mati dan menjadi bahan yang ditambahi atau di kurangi; dia adalah untuk jangka lama dan selama-lamanya.
Pembawa kesejahteraan (Swastika) untuk dunia. Agamanya bernama Islam (perdamaian sempurna).
Dia adalah tukang ikan. Sebagaimana Yunus yang muncul dari ikan setelah tiga hari, begitu pula
Muhammad keluar dari gua Tsur setelah tiga hari.
Ikatan rambutnya mencapai daun telinganya dan untaiannya hitam seperti burung gagak yang dibenarkan oleh Sulaiman (Kidung Agung 5:11). Untuk gambaran tertulis dari Nabi Suci kita, dari Sulaiman yang kita sayangi, silahkan menampilkan semua atribut dari ‘Horus’ dan anda akan menyadari bahwa ini semua adalah kehangatan serta keelokan dari Nabi Suci Muhammad s.a.w.
Dia merantai setan di dunia bawah.
Dia adalah kehendak tujuh nabi besar, yang meramalkan dia.
Dia adalah bintang-penunjuk dari stabilitas.
Dia akan memakai dua mahkota. Sebagai seorang anak yatim di tengah musuhnya yang kuat dia
menegakkan kerajaan dan dimahkotai sebagai seorang nabi besar.
Penganutnya menaklukkan dan menjadi pendiri suatu peradaban baru.
Pangeran kebangkitan. Seorang yang membangkitkan seluruh bangsa (tidak hanya beberapa orang seperti Yesus).
Pangeran perdamaian. Dia membangun dan meletakkan landasan bagi agama perdamaian (Islam) di bumi ini.
Pembaptis dengan api (dengan peperangan) dan bukan dengan air.
Ia berjalan di atas air. Air berarti hukum. Maka ini adalah hukum Tuhan bahwa Nabi Suci itu berjalan di atasnya tanpa takut dan para sahabatnya juga berjalan di atas air dan mengikuti dia.
Dia adalah pangeran dari dua cakrawala. Bukan hanya seorang gembala dari bani Israil yang hilang.
Wahyunya (al-Quran) adalah aliran air yang kuat dan mengaum. Tak seorangpun yang bisa menyentuhnya dengan tangan yang kotor (Q.S.56:79). Ini bukanlah aliran sungai Yordan yang masuk ke Laut Mati dan menjadi bahan yang ditambahi atau di kurangi; dia adalah untuk jangka lama dan selama-lamanya.
Pembawa kesejahteraan (Swastika) untuk dunia. Agamanya bernama Islam (perdamaian sempurna).
Dia adalah tukang ikan. Sebagaimana Yunus yang muncul dari ikan setelah tiga hari, begitu pula
Muhammad keluar dari gua Tsur setelah tiga hari.
Ikatan rambutnya mencapai daun telinganya dan untaiannya hitam seperti burung gagak yang dibenarkan oleh Sulaiman (Kidung Agung 5:11). Untuk gambaran tertulis dari Nabi Suci kita, dari Sulaiman yang kita sayangi, silahkan menampilkan semua atribut dari ‘Horus’ dan anda akan menyadari bahwa ini semua adalah kehangatan serta keelokan dari Nabi Suci Muhammad s.a.w.